Harga Karet Anjlok, Inilah Solusinya

Jumat, 30 Juni 2017 – 08:59 WIB
Petani Karet. Foto: riaupos/jpg

jpnn.com, MUARA ENIM - Terobosan baru bagi para petani untuk mengembangkan pinang super sebagai komoditi yang menjanjikan di tengah anjloknya harga karet.

Seperti yang dikembangkan di daerah Karang Endah Kecamatan Gelumbang, Muara Enim.

BACA JUGA: Harga Getah Karet Melorot, Sawit Cenderung Stabil

Muslikhun, pengembang pinang di Karang Endah, mengatakan, awal mula mengembangkan pinang ini sejak anjloknya harga getah karet.

“Harga getah karet turun, kita lari ke usaha ini sejak tahun 2015 lalu," kata Muslikhun seperti dilansir Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group), Kamis (29/6).

BACA JUGA: Harga Anjlok hingga Titik Terendah, Petani Karet hanya Bisa Pasrah

Muslikhun mengaku dirinya menemukan solusi buat para petani untuk lebih memperbanyak komoditi di bidang pertanian agar ada upaya perbandingan usaha dan penghasilan.

“Pinang merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Permintaan akan buah pinang ini lumayan tinggi. Buah pinang umumnya banyak tumbuh di pekarangan atau kebun, dan belum banyak petani yang membudidayakan pinang secara serius, artinya ini peluang besar,” jelasnya.

BACA JUGA: Malaysia Protes Lahannya Ditanami Karet oleh WNI

Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim Ir Mat Kasrun mengatakan, komoditi buah pinang memang bisa menjadi solusi di tengah harga karet yang kembali turun karena suplai karet berlebihan.

"Akan tetapi, kita berupaya untuk bahan baku dalam negeri, supaya harga karet kita akan naik. Dan karet bisa dipakai untuk campuran aspal," ujar Mat Kasrun.

Dikatakannya, untuk harga karet yang mingguan mencapai Rp7 ribu per kilonya, dan bulanan Rp9.400 per kilo, harga itu rendah dan tidak mencukupi kebutuhan hidup dalam masyarakat.

Di samping itu, masyarakat masih suka mencampur seperti tatal bekas sadapan, air, dan lain-lain ke dalam pengadonan karet dalam proses pembekuan.

Itu bisa terjadi pemotongan harga oleh pembeli, yang seharusnya harga Rp7 ribu per kilo, dengan kotornya karet tersebut dipotong 20 persen oleh pembelinya.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk bersih dalam percetakan karet agar tidak ada pemotongan dari harga yang ditentukan pembeli.

"Untuk produksi kita ada peningkatan dalam setiap tahunnya, untuk karet kering kita sudah mencapai 80 persen dalam produksi maka kita bisa mencapai 1 ton karet kering setiap produksi," pungkasnya.(roz/lia/ce4)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Stabilkan Harga Karet, Bangun Pabrik Senilai Rp 4,5 M


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler