jpnn.com, SIJUNJUNG - Para petani karet di Kabupaten Sijunjung, Sumbar, mulai kelimpungan. Pasalnya, harga getah karet di tingkat petani mentok di kisaran Rp6.700 - Rp7.000 per kilogram.
Mestinya di musim sekarang harga komoditi ekspor tersebut bertahan diangka Rp8.000.
BACA JUGA: Pertamina Kucurkan Dana Rp 110 Miliar untuk Petani
Seperti misalnya di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, harga getah karet yang diproduksi petani setempat umumnya bertengger dikisaran Rp6.700 perkilogram, dan paling tinggi Rp7000. Sistem panen digelar empat hari, tergantung cuaca atau kondisi alam.
Hendri, 37, seorang petani Nagari Muaro Bodi, menyebut, kondisi harga sedemikian rendah tersebut sudah berlangsung semenjak dua pekan terakhir.
BACA JUGA: Bupati Minta Para PNS Beli Beras Lokal
Padahal pada musim Lebaran Haji bulan September lalu masih bertahan dikisaran Rp8000 sekilo. Atas kondisi ini masyarakat berharap kiranya harga komuditi unggulan negeri Lansek Manih ini dapat kembali naik.
"Hasil penjualan karet saat ini bakhan tak mampu menutupi biaya hidup sehari-hari, maka warga terpaksa harus berhutang ke tauke," katanya.
BACA JUGA: Salut, Pak Moeldoko Tetap Mengabdi sebagai Panglima Tani
Senada, Yanuar, 47, warga Pulasan, Kecamatan Tanjung Gadang, juga mengeluhkan harga karet di tingkat petani yang menurutnya tak wajar, yakni di kisaran Rp7.000 per kilogram.
Menurutnya dalam kondisi ekonomi sekarang idealnya harga karet adalah Rp10.000 sekilo. Dengan begitu tiap hektare lahan barulah dapat menetralisir pembiayaan keluarga.
Tak ayal untuk menutupi biaya hidup keluarga, terpaksa Amran setiap sepulang menyadap karet (siang hari) memanfaatkan waktu mencari kayu bakar untuk selanjutnya dijual ke kedai nasi atau rumah makan.
Kayu bakar tersebut diikat dan dikumpul disamping rumah, setiap 15 hari sekali dilepas seharga Rp6.000 per ikat.
"Kita harus cari pendapatan sampingan untuk menutupi biaya hidup," tukasnya.
Kadis Perindustrian Perdagangan (Perindag) dan Koperasi Kabupaten Sijunjung, M Yasri turut ptihatin atas melesunya harga karet di Kabupaten Sijunjung.
Namun demikian pihaknya berjanji dalam waktu dekat akan mencoba duduk bersama dengan pihak-pihak terkait, hingga standar harga dapat terkendali.
"Pemerintah Daerah pada prinsipnya juga terus berusaha untuk mempertahankan stabilitas harga karet," tukas Kadis Perindag.
Ditambahkannya produksi karet Kabupaten Sijunjung saat ini mencapai lebih 63.000 ton per tahun, dengan luas lahan perkebunan yang dikelola secara intensif seluas 5.123 hektare, atau 1,5 persen dari luas kabupaten. Karet Sijunjung tercatat komoditi karet terbaik secara nasional. (atn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sip, Moeldoko Pilih Temui Petani Ketimbang Sibuk Berpolitik
Redaktur & Reporter : Soetomo