jpnn.com, JAKARTA - Pejabat Sementara Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan adanya peralihan pola konsumsi pelanggan dari elpiji nonsubsidi menjadi gas bersubsidi.
Gas melon liquified petroleum gas (LPG) tiga kilogram kini diburu.
BACA JUGA: Harga Gas hingga Tarif Listrik Naik, PKS Sebut Pemerintah Ugal-ugalan
Hal ini terjadi seiring kenaikan harga elpiji nonsubsidi.
Pertamina menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi merespons tren peningkatan harga kontrak internasional elpiji sesuai Contract Price (CP) Aramco sepanjang 2021.
BACA JUGA: Duh! Harga LPG Naik, Gas Melon Bagaimana?
"Kami harap pelanggan nonsubsidi tidak mengambil yang menjadi hak pelanggan subsidi," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Irto menyampaikan bahwa Pertamina tetap melakukan edukasi penggunaan elpiji tepat sasaran serta menjalankan program loyalti, seperti tukar tabung, serta harga hemat Bright Gas.
Saat ini, pelanggan elpiji nonsubsidi tercatat mencapai 7,5 persen dari total pelanggan elpiji.
Elpiji subsidi tiga kilogram yang secara konsumsi nasional mencapai 92,5 persen tidak mengalami penyesuaian harga.
"Tetap mengacu kepada harga yang ditetapkan pemerintah," ungkapnya.
Irto menjelaskan harga elpiji mencapai USD 847 per metrik ton pada November 2021. Harga itu merupakan harga tertinggi sejak 2014 atau meningkat 57 persen sejak Januari 2021.
Pertamina melakukan penyesuaian harga elpiji nonsubsidi terakhir pada 2017. Di sisi lain harga CP Aramco November 2021 tercatat 74 persen lebih tinggi dibandingkan penyesuaian harga empat tahun lalu. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia