Harga Minyak Dunia Ambrol, Analis Bilang Begini

Selasa, 11 Juli 2023 – 06:49 WIB
Penurunan harga minyak dunia disinyalir karena investor mengambil keuntungan menyusul pertumbuhan material di sesi sebelumnya. Ilustrasi Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).

Penurunan harga minyak dunia disinyalir karena investor mengambil keuntungan menyusul pertumbuhan material di sesi sebelumnya.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Bergejolak Terus, Negara yang Demen Impor Siap-Siap Saja

Padahal, ada kemungkinan meningkatnya suku bunga AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir 87 sen atau 1,18 persen, menjadi menetap di USD 72,99 per barel di New York Mercantile Exchange.

BACA JUGA: Ancaman Resesi Global, Bikin Harga Minyak Dunia Ambyar, Morat-marit

Minyak mentah Brent untuk pengiriman September merosot 78 sen atau 0,99 persen, menjadi ditutup pada USD 77,69 per barel di London ICE Futures Exchange.

Analis pemasok informasi pasar FX Empire Vladimir Zernov menyebutkan minyak WTI mundur karena para pedagang mengambil beberapa keuntungan di dekat ujung atas kisaran perdagangan multi-bulan.

Sebelumnya, minyak WTI meningkat lebih dari 5,0 persen dalam tiga sesi sebelumnya dan mencapai level tertinggi sejak 25 Mei.

Analis pasar senior di OANDA Edward Moya menilai bahwa harga minyak mentah melemah karena meningkatnya kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global makin buruk dari hari ke hari.

"Minyak akan berjuang pekan ini jika pembacaan inflasi di Amerika Serikat mendukung kasus hawkish untuk beberapa kenaikan suku bunga lagi, sementara produksi industri kawasan euro tetap lesu," kata Moya.

Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly pada Senin (10/7) menyatakan proyeksi yang sangat masuk akal mungkin diperlukan seperti kenaikan suku bunga lagi.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, permintaan minyak dari China dan negara-negara berkembang, dikombinasikan dengan pengurangan pasokan OPEC+, kemungkinan akan membuat pasar tetap ketat pada paruh kedua tahun ini meskipun ekonomi global sedang lesu, kata kepala Badan Energi Internasional (IEA).(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler