Harga Pertamax Naik, Persaingan dengan SPBU Swasta Dinilai jadi Lebih Sehat

Sabtu, 10 Agustus 2024 – 14:16 WIB
Ilustrasi - pengisian BBM jenis Pertamax dan Pertalite di SPBU. Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman mengapresiasi langkah Pertamina karena telah mempertahankan harga Pertamax sejak Maret 2024.

Padahal, saat itu harga minyak dunia meroket dan nilai tukar rupiah terus merosot. Langkah BUMN tersebut, dinilai sebagai upaya agar daya beli masyarakat tidak semakin melemah.

BACA JUGA: Pertamina Patra Niaga Sesuaikan Harga Pertamax, Tetap Paling Terjangkau

Terkait kenaikan harga Pertamax, Ferdy melihat Pertamina tidak bisa terus-menerus menahan harga Pertamax.

Pasalnya, risikonya sangat besar terhadap neraca keuangan perusahaan.

BACA JUGA: Targetkan 60 Ribu Ha Peremajaan Sawit Rakyat, PalmCo Gandeng Semua Petani di Indonesia

Karena itulah, ketika kondisi ekonomi sudah membaik seperti sekarang, Ferdy menilai ini sebagai waktu yang tepat bagi Pertamina untuk menaikkan harga BBM RON 92.

”Lima bulan mempertahankan harga Pertamax adalah upaya luar biasa agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Jadi saat ekonomi mengalami slow down atau perlambatan ketika itu, Pertamina mampu mempertahankan keseimbangan ekonomi nasional,” tutur Ferdy.

BACA JUGA: Dukung Industri Ikan Hias, KAI Logistik Fasilitasi UMKM Binaan KKP

Ferdy melihat, dengan menaikkan harga Pertamax akan menjadikan persaingan antara Pertamina dan badan usaha lain, menjadi lebih sehat.

Dia menambahkan, konsumen Pertamax juga rata-rata merupakan kelompok ekonomi mampu. Dengan demikian, harusnya tidak menjadi soal jika harga disesuaikan berkala sesuai regulasi yang ada.

Terlebih, sejak 1 Agustus 2024, seluruh SPBU swasta kembali kompak mengerek harga BBM RON 92.

Pertamax yang dijual Rp12.950/liter jauh lebih rendah dibandingkan BBM sejenis dari SPBU swasta. Revvo 92 dari Vivo, misalnya, dijual Rp14.320/liter dan Super dari Shell dibanderol Rp14.520/liter.

”Dengan menyesuaikan harga Pertamax, maka persaingan dengan Vivo, Shell, dan BP AKR menjadi lebih sehat,” jelasnya.

Selain itu, imbuhnya, sebagai korporasi Pertamina juga dituntut harus mampu mencetak laba. ”Jika tidak, DPR akan mempertanyakannya,” kata Ferdy.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler