jpnn.com - SURABAYA – Mendekati hari Idul Adha, harga sapi kurban terus merangkak naik. Hingga sekarang, kenaikannya mencapai Rp 3 juta per ekor. Kebanyakan sapi untuk kurban yang paling diminati adalah dengan berat hidup rata-rata 250–300 kg.
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jatim Muthowif menyatakan, harga sapi dengan berat tersebut Rp 15–17 juta per ekor. Bahkan, harga sapi untuk kurban berpotensi terus naik sampai Hari Raya Idul Adha. Sebab, meski harganya naik, kebutuhan tetap tinggi.
BACA JUGA: GAWAT! Lima Tahun Sudah 1.000 Pabrik Rokok Tutup
’’Khusus sapi kurban, yang paling laku adalah sapi madura. Tulang sapi itu kecil, kulitnya tipis, dan dagingnya padat,’’ tandasnya.
Ketika harga sapi kurban naik, sapi pedaging untuk kebutuhan sehari-hari cenderung stabil. Sebab, sapi kurban yang tidak laku biasanya digunakan untuk sapi potong. Meski harga cenderung stabil, lanjut dia, belum lama ini pemerintah provinsi Jatim mengeluarkan surat edaran yang menyatakan memperbolehkan sapi bali masuk ke Jatim.
BACA JUGA: Tuntutan pada Freeport Jadi USD 20,8 M, Ini Pertimbangan Suku Amungme
Surat tersebut, kata Muthowif, dikeluarkan Dinas Peternakan Jatim. Jadi, sapi bali boleh dipotong langsung, bukan dikembangbiakkan. ”Edaran tersebut menunjukkan bahwa sapi potong di Jatim defisit. Padahal, kalau sapi Jatim sudah surplus, tidak usah mendatangkan sapi dari luar Jatim,’’ tegasnya.
Namun, sejak diedarkan pada pekan lalu, hingga sekarang belum ada sapi bali yang masuk. Karena itu, belum ada dampak yang signifikan terhadap suplai maupun harga daging. Menurut dia, sapi bali belum masuk ke Jatim lantaran kuota yang boleh keluar terbatas. ’’Biasanya ditetapkan kalau stoknya berlebih, baru boleh keluar,’’ tuturnya.
BACA JUGA: Wow... Kemenhub Beli 188 Kapal
Sementara itu, para pedagang juga meminta membatasi pengiriman sapi ke luar Jatim. Itu terlihat dari pengiriman pasar tradisional sapi di Jatim. Di antaranya, di Probolinggo, Lumajang, Tuban, Bojonegoro, dan Kediri. ’’Para feedloter juga mengambil sapi dari pasar tradisional, bukan mengembangbiakkan sendiri,’’ jelasnya.
Pihaknya meminta program pengembangbiakkan sapi terus dilakukan. Sebab, kunci stabilnya harga terletak pada populasi sapi yang memadai. ’’Kalau populasi berkembang sesuai dengan yang direncanakan, harga sapi pasti tidak naik,’’ kata dia. (res/c22/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sindir Menteri Jonan, Pertamina: Biaya Makin Mahal
Redaktur : Tim Redaksi