Menurut peternak di Australia Barat, supermarket China menjual satu liter susu segar Australia seharga 15 dolar (atau setara Rp 150 ribu) dan menjual satu kilogram daging sapi Wagyu Australia seharga 600 dolar (atau setara Rp 6 juta).

Produser daging sapi di wilayah Kimberley, David Stoate, mengatakan, ia melihat sendiri harga yang meroket itu dalam kunjungan terbarunya ke China, ketika perjanjian perdagangan bebas dengan Australia diumumkan.

BACA JUGA: Kisah Seorang Ayah Penjual Putrinya yang Baru 13 Tahun, Digarap 8 Pria

David, yang memiliki peternakan ‘Anna Plains’ di selatan Broome, mengatakan, walau kenyataan itu sulit dipercayai, kesempatan bagi produsen Australia sungguh besar.

"Saya memang melihat beberapa susu segar Australia dbandrol 15 dolar (atau Rp 150 ribu) per liter dan beberapa daging steak Wagyu dibandrol 600 dolar (atau Rp 6 juta) per kilo," ujarnya.

BACA JUGA: Pajak Backpacker di Australia Kini Sepertiga Penghasilan


Susu segar Australia dijual setara Rp 150 ribu per liter di supermarket China. (Foto: David Stoate)

 

BACA JUGA: Skandal Tunjangan, Ketua DPR Australia Minta Maaf Tapi Menolak Mundur

Ia lantas mengungkapkan, "Ini menggambarkan pentingnya mengenalkan produk anda dan premi yang dikenakan pada produk impor, yang dianggap aman. Itu tentu harga yang cukup luar biasa."

David mengutarakan, harga daging sapi itu adalah untuk konsumen premium di pasar kelas atas, tapi konsumen China bersedia membayarnya.

"Anda tak bisa benar-benar mempercayainya, bahwa harga di sana begitu tinggi. Saya tentu mendengar tentang harga tinggi, tapi Anda tak memperkirakan itu sampai 15 dolar (Rp 150 ribu) per liter susu," tuturnya.

David mengemukakan, sementara harga tinggi itu berada di supermarket kelas atas, tetapi pasar ini tetap merupakan pengecer utama.

"Itu ada di supermarket dengan banyak pengunjung," katanya.

Ia menyampaikan, "Supermarket itu mungkin ditujukan untuk 1 atau 2% dari konsumen teratas di Shanghai, [tapi] jelas ada cukup banyak orang yang membeli barang itu, hanya untuk membenarkan harga tersebut."

David mengatakan, pertumbuhan tahunan di kelas menengah China melebihi jumlah penduduk Australia, sebuah fakta yang mewakili kesempatan besar bagi para produsen Australia.

Pasarnya begitu besar, jadi pendekatan terbaik bisa saja membentuk koperasi atau perusahaan bersama dengan importir China, tambahnya.

Ia juga mengutarakan, perjanjian perdagangan bebas dan harga daging sapi yang tinggi bisa menyebabkan lebih banyaknya peternakan sapi di Kimberle dijual, setelah konglomerat Australia, Gina Rinehart, membeli peternakan ‘Downs Fossil’ pada hari Minggu (26/7).

"Selama beberapa tahun terakhir, penjualan melambat terutama karena penurunan dalam industri ini," ungkapnya.

"Sepertinya planet bisa menyelaraskan diri dengan industri daging sapi di utara,” tambahnya.

Ia menjelaskan, "Kami pastinya sudah tersentak atas hubungan dagang dengan Indonesia saat ini, tapi meskipun demikian, itu bisa menjadi kesempatan bagi sebagian orang untuk mengambil peluang keluar jika harga untuk produk peternakan tetap kuat."

David mengatakan, ada rumor yang menyebut, beberapa penawar di peternakan Fossil Downs tertarik properti lain dan ia tak akan terkejut jika lebih banyak peternakan berpindah tangan.

"Satu-satunya hal di properti Kimberley adalah jumlahnya tak ada banyak dan mereka biasanya diikat secara erat, jadi kami harus melihat bagaimana semuanya berperan," tambahnya.

BACA ARTIKEL LAINNYA... MasterChef Australia dan Pendidikan Indonesia

Berita Terkait