jpnn.com - JAKARTA - Daihatsu dan Toyota meluncurkan 7 seater low cost green car (LCGC) Sigra dan Calya. Hal itu dilakukan saat pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), Kamis (11/8).
Peluncuran kendaraan proyek bersama Toyota dan Daihatsu dalam pembukaan GIIAS meniru rilis LCGC Toyota Agya dan Daihatsu Ayla pada 2013. Sigra dan Calya pun dibekali mesin berkapasitas 1.000 cc dan 1.200 cc.
BACA JUGA: Semester Pertama, Penjualan Suzuki Naik 16 Persen
Meski harganya terjangkau, Sigra dan Calya bukan kendaraan murahan. Mesin Daihatsu Sigra dan Toyota Calya sudah mengadopsi teknologi dual variable valve timing intelligent (VVT-i) yang juga digunakan Grand New Avanza, Camry, dan Corolla Altis.
Bedanya hanya terletak pada kapasitas mesin yang lebih rendah. Calya yang juga diproduksi di pabrik milik Daihatsu di Karawang bakal memakai mesin 3NR-FE yang selama ini dipakai Etios Valco.
BACA JUGA: Investor Domestik Profit Taking, IHSG Berakhir di Zona Merah
Kapasitas mesinnya mencapai 1.197 cc, tetapi lebih sering disebut 1.200 cc. Mesin empat silinder dan 16 katup itu mampu mengeluarkan tenaga maksimum 80 daya kuda dan torsi maksimalnya 104 nm pada putaran mesin 3.100 rotary per minute (RPM).
Karena Calya masih masuk kategori LCGC, konsumsi bahan bakarnya diperkirakan 1 liter untuk 20 kilometer. Seperti Agya dan Ayla, mesin Calya dan Sigra didesain untuk mengonsumsi bahan bakar pertamax.
BACA JUGA: PLN Buka Tender 4 Proyek Program 35 Ribu Mw
Chief Engineer Daihatsu Motor Company Nobuhiko Ono mengakui, Sigra dan Calya lahir dari keunikan pasar Indonesia yang menyukai mobil murah tetapi mampu mengangkut lebih banyak penumpang.
’’Awalnya, kami berpikir bahwa Ayla akan menjadi produk yang paling disukai pasar di Indonesia. Sebab, Ayla itu LCGC yang ramah lingkungan, stylish, dan harganya murah. Ternyata kami salah,’’ katanya.
Karakter mobil keluarga di Indonesia diakuinya berbeda dengan mobil keluarga di Jepang. Di Jepang, keluarga hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Di Indonesia, definisi keluarga juga meliputi paman, bibi, hingga suster.
Karena karakter yang unik tersebut, pasar Ayla yang hanya mampu memuat lima orang jelas kalah oleh Xenia yang mampu diisi tujuh orang.
’’Kami meluncurkan Xenia sejak 2004 dan pasarnya cukup bagus sampai sekarang,’’ ujar Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra.
Keyakinan serupa datang dari Marketing & Customer Relation Division Head PT Astra International Tbk-Daihatsu Sales Operation Hendrayadi Lastiyoso. Pangsa pasar Ayla di segmen LCGC mencapai 23 persen.
Namun, sejak 2013, angka penjualannya stagnan di kisaran 3.500 unit per bulan. Sebaliknya, Xenia justru tumbuh positif dengan rata-rata penjualan empat ribu unit per bulan.
Bukti besarnya minat pasar kendaraan tujuh penumpang terlihat dari inden yang diterima sejak Daihatsu memperkenalkan Sigra pada media beberapa pekan lalu. Daftar tunggunya kini sudah mencapai 2.000 unit.
Amelia tidak khawatir terjadi perpindahan konsumen dari Xenia ke Sigra yang sama-sama mampu menampung tujuh penumpang.
Alasannya, mayoritas pemesan Sigra merupakan pemakai langsung, bukan perusahaan (fleet) yang tetap menggemari Xenia. ’’Banyak yang pesan Sigra untuk dijadikan taksi online,’’ jelasnya. (rin/wir/dim/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Holcim Dukung Pembatasan Investasi Semen
Redaktur : Tim Redaksi