jpnn.com - JAKARTA – Pemerintah berencana membatasi investasi semen di Indonesia. Hal itu ternyata mendapat tanggapan bagus dari para produsen semen. Salah satunya PT Holcim Indonesia.
Emiten berkode SMCB itu menilai, moratorium tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan industri ke depan. ”Sebagai pemain lama, tentu kami senang dengan rencana itu,” tutur Sekretaris Perusahaan Holcim Indonesia Farida Helianti Sastrosatomo, Jumat (12/8).
BACA JUGA: Manjakan Nasabah, Danamon Gandeng Tourism Australia
Sejatinya, sambung Farida, rencana pemerintah itu seiring rencana perusahaan menjaga kapasitas produksi sebanyak 15 juta ton per tahun. Jumlah kapasitas produksi itu telah bertambah sejak mengakuisisi PT Laferge Cement Indonesia (LCI) Februari lalu.
”Kapasitas produksi telah meningkat 15 juta ton per tahun. Tentu kami tidak serta merta menambah kapasitas,” imbuhnya.
BACA JUGA: Pertamina Minta Mitra Tak Gunakan Jasa Perantara
Manajemen mempunyai sejumlah strategi menghadapi kelebihan kapasitas. Misalnya, perusahaan lebih fokus dalam hal pelayanan kepada konsumen dan meningkatkan kualitas.
Selain itu juga mempertahankan mutu, dan menambah toko-toko di daerah dapat dimasuki. ”Kami berusaha menggali apa kebutuhan konsumen,” tegas Direktur Penjualan Holcim Dion Sumedi.
BACA JUGA: 5 Tahun Lagi, BNI Target Jadi Nomor 1 di Indonesia
Holcim tidak akan mengurangi produksi. Sebab, dengan mengakuisisi LCI, wilayah distribusi perusahaan bertambah ke Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), dari sebelumnya menyasar Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali.
Porsi distribusi terbesar masih di Pulau Jawa dengan 60 persen, dan 30 persen di Aceh dan Sumatera Utara, dan sisanya di Sulawesi, Kalimantan, dan Bali.
Hingga kuartal pertama tahun ini, laba bersih tumbuh 104,83 persen menjadi Rp 66,98 miliar dari periode sama tahun lalu Rp 32,70 miliar.
Kinerja positif itu tidak mencerminkan kondisi sebenarnya, karena sisa penjualan tahun lalu. Lonjakan laba bersih itu ditopang pendapatan meningkat 24,24 persen dari Rp 1,98 triliun menjadi Rp 2,46 triliun. (far/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Pastikan Holding BUMN Bukan Privatisasi
Redaktur : Tim Redaksi