Harga Tiket Pesawat Mahal, Malas Pergi Liburan

Kamis, 14 Februari 2019 – 08:54 WIB
Penumpang di Bandara. Ilustrasi Foto: Jawapos.com

jpnn.com, MAKASSAR - Harga tiket pesawat yang mahal dan penerapan bagasi berbayar diduga telah menyebabkan tingkat hunian hotel mengalami penurunan.

Merujuk data BPS Sulsel, terkait Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Januari 2018 lalu, mencapai angka rata-rata 50,96 persen.

BACA JUGA: DPD RI Desak Pemerintah Segera Turunkan Harga Tiket Pesawat

Dengan rincian, hotel bintang 1 (37,39 persen), bintang 2 (40,07 persen), bintang 3 (48,15 persen), bintang 4 (66,32 persen), bintang 5 (56,58 persen).

Lalu masuk Februari 2018, rata-rata TPK hotel itu 47,47 persen. Berturut-turut, hotel bintang 1 (39,57 persen), bintang 2 (47,70 persen), bintang 3 (47,18 persen), bintang 4 (52,84 persen), bintang 5 (62,73 persen).

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Jokowi soal Harga Avtur

Angka TPK tersebut (Januari-Februari 2018), merupakan awal tahun yang memang masuk kategori low season. Itu dalam kondisi harga tiket yang tidak mahal seperti sekarang.

Sehingga, hotel-hotel masih menerima tamu wisatawan. Meskipun belum ada sektor Meetings, incentives, conferences and exhibitions (Mice) yang masuk.

BACA JUGA: Kabar Gembira Seputar Harga Tiket Pesawat Usai Rapat Kabinet

BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Mahal, Pelaku Pariwisata Gelar Pawai Keprihatinan

Namun berbeda dengan kondisi awal tahun 2019 ini. Harga tiket sudah membumbung tinggi. Tak ada lagi harga Rp700-an ribu. Sudah di atas Rp1 jutaan. Sekalipun itu kelas ekonomi.

Mice yang belum masuk serta wisatawan yang enggan bepergian karena tiket mahal, menjadi sandungan bagi pelaku bisnis di sektor perhotelan.

BPS sejauh ini, belum merilis bagaimana kondisi TPK hotel per Januari 2019. Namun, keluhan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sudah menggema. Bahkan sudah sampai ke gendang telinga Presiden Joko Widodo.

Marcom Manajer Hotel Claro Makassar, Richwan Wahyudi misalnya, mengaku, okupansi sangat jauh dari ekpektasi. Dia memang paham bahwa awal tahun langganan low season.

"Anggaran untuk Mice dari pemerintah juga belum turun. Makanya, kami bidik rendah okupansi awal tahun ini. Cuma 60 persen saja," bebernya, Selasa 12 Februari.

Makanya, lanjut pria yang akrab Yudi itu, membidik wisatawan baik domestik maupun asing untuk mengisi target itu. Hanya saja, harapan tak sesuai kenyataan.

"Januari lalu, kami di bawah 50 persen okupansi. Sangat tidak sesuai. Pastilah wisatawan enggan bepergian, kalau tiket pesawat segini mahalnya. Januari tahun lalu tidak begini. Kami masih bisa capai 60 persen sekalipun itu low season," keluhnya.

Masuk Februari ini, bebernya, okupansi diprediksinya masih akan lemah sekali. Kalau saja, harga tiket pesawat masih tinggi.

"Untuk bertahan dalam kondisi okupansi anjlok, mau tidak mau kami harus kreatif mengemas paket menarik. Momentum juga kami maksimalkan, seperti valentine day," terangnya.

Senada, Marcom Manager Hotel The Rinra Makassar, Azis Munawir, mengaku, performa okupansi pada Januari lalu, sangat meleset dari target. Bahkan ia tidak cukup percaya diri untuk terus mempertahankan harga, kalau kelesuan ini terus berlanjut.

"Memang low season. Tetapi tahun lalu, tidak seperti ini juga. Januari 2018, okupansi masih bisa 65 persen. Januari 2019 anjlok. Cuma di bawah 50 persen," kesal Azis.

BACA JUGA: Kabar Gembira Seputar Harga Tiket Pesawat Usai Rapat Kabinet

Berharap pada Mice untuk menjaga revenue, kata dia, memang masih sulit. Sebab awal tahun, belum banyak kegiatan pemerintah maupun korporasi.

"Tahun lalu tiket pesawat tidak mahal begini. Jadi kami masih terima tamu wisatawan. Sekarang ini tiket mahal. Banyak yang malas bepergian atau memanfaatkan cutinya untuk liburan," ujarnya nya.

Untuk bertahan, pihaknya hanya bisa memaksimalkan momentum yang ada. Hari Kasih Sayang, disambut dengan program menarik. Sebagai magnet bagi masyarakat.

Ketua PHRI Sulsel Anggiat Sinaga, mengaku, tiket yang mahal akan berdampak sistemik ke sektor perhotelan. Bakal banyak hotel berjalan mengap-mengap untuk mempertahankan performa.

"Pemerintah harus turun tangan. Hotel adalah salah satu sektor bisnis yang menunjang perkembangan pariwisata di dalam negeri," pintanya. (andi/FAJAR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiket Pesawat Mahal, Pertamina Siap Turunkan Harga Avtur


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler