Hari Kelahiran Pancasila jadi Momentum Kenangan Bagi Denny JA

Kamis, 01 Juni 2023 – 22:48 WIB
Denny JA, pendiri Lingkar Survei Indonesia saat menerima penghargaan dari Guinness Book of World Records pada 16 Agustus 2018 karena berhasil memecahkan rekor pelatihan pendidikan politik terbesar di dunia dengan melakukan Pelatihan Pendidikan Pancasila kepada pemuda-pemudi di 34 provinsi di Indonesia. Foto dok pri

jpnn.com, JAKARTA - Seluruh masyarakat Indonesia hari ini memperingati Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2023.

Momen ini menjadi kenangan bagi Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny Januar Ali.

BACA JUGA: Pancasila Sering Dikalahkan Dalam Berbagai Kasus Intoleransi

Lima tahun lalu, LSI Denny JA melakukan Pendidikan Pancasila kepada pemuda-pemudi di 34 provinsi di Indonesia.

Momen itu dimulai dengan memecahkan rekor dunia, Guiness Book of World Record, yakni pendidikan politik terbesar untuk ukuran dunia.

BACA JUGA: Airlangga Hartarto Bakal Diuntungkan Isu Ekonomi di Bursa Cawapres

Tak kurang dari 2.100 pemuda-pemudi hadir dalam satu tempat di waktu yang sama di Jakarta untuk melakukan pemecahan rekor dunia, Guiness Book of World Record.

Dalam orasinya, Denny JA mengutip pernyataan dari Presiden Pertama RI, Soekarno, yang sangat menggetarkan. “Beri saya 10 pemuda, maka saya akan mengguncang dunia.”

BACA JUGA: Dekat dengan Jokowi & Megawati, Erick Thohir Berpotensi Dampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024

“Di ruangan ini, alhamdulillah, pasti ada lebih dari 10 pemuda. Hari ini kami tidak ingin mengguncangkan dunia, tapi kami ingin memecahkan rekor dunia,” kata Denny JA dalam tayangan video di kanal Youtube LSI Denny JA Official, pada 19 Agustus 2018.

Video tersebut juga telah ditonton lebih dari satu juta kali sejak penayangannya.

Denny JA menerima langsung piagam Guiness Book of World Record sehari setelah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 2018.

Juri dari Amerika Serikat beserta timnya datang lansung ke Jakarta.

“Mengapa kami ikut menghidupkan kembali Pancasila? Survei LSI Denny JA saat itu (2010-2018) menunjukkan antusiasme kepada negara agama meninggi. Sebaliknya antusiasme kepada Pancasila menurun,” ungkap Denny JA.

Dalam survey LSI Denny JA yang dilaksanakan di 34 provinsi pada 28 Juni hingga 5 Juli 2018, diketahui publik yang pro-Pancasila menurun.

Pada 2005, publik yang pro-Pancasila angkanya mencapai 85,2 persen, pada 2010 menjadi 81,7 persen.

Lalu, pada 2015 angkanya menjadi 79,4 persen dan turun lagi menjadi 75,3 persen pada 2018. Artinya, dalam waktu 13 tahun, publik yang pro-Pancasila menurun 10 persen.

Di sisi lain, publik yang pro-NKRI bersyariah mengalami kenaikan sebesar 9 persen selama 13 tahun.

Pada 2005, angkanya mencapai 4,6 persen, 2010 mencapai 7,3 persesn, dan 2015 mencapai 9,8 persen. Lalu, pada 2018 menjadi 13,2 persen.

Dalam survey LSI Denny JA, ada tiga alasan publik yang pro-Pancasila menurun. Pertama, kesenjangan ekonomi semakin tinggi dalam masyarakat.

Kedua, paham alternatif semakin digaungkan di luar Pancasila. Intensifnya paham alternatif di luar Pancasila mampu menarik, terutama warga muslim.

Ketiga, tidak tersosialisasi dari masyarakat kepada masyarakat.

Kemudian, menurunnya pro-Pancasila juga terasa di berbagai segmen, seperti warga penghasilan rendah.

Denny JA mengatakan, sekecil apapun upaya nya, pihaknya mengajak untuk menghidupkan kembali pesan pentingnya Pancasila sebagai ideologi pengikat menjaga keberagaman Indonesia.

“Di hari Pancasila, kita merenungkan kembali. Pancasila ikut menjadi roadmap yang mengantarkan negara mayoritas penduduk Islam di Indonesia bisa bertransisi ke demokrasi. Sementara di negara mayoritas Muslim lainnya, lebih tertatih dan sulit bertransisi menuju demokrasi,” terang Denny JA.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasil Survei LSI Denny JA Elektabilitas Anies Peringkat 2, Enggak Usah Heran


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler