jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo rutin memantau penanganan banjir di Kota Semarang. Sambil gowes pagi, Ganjar berkeliling memeriksa titik-titik banjir di ibu kota provinsi Jawa Tengah itu.
Pantauan di lapangan, Minggu (28/2) sejumlah genangan sudah mulai surut. Misalnya di Jalan Kaligawe Semarang, hampir seluruh jalan pantura itu kini sudah surut bahkan kering. Genangan kini hanya ada di dua titik, yakni depan RSI Sultan Agung dan sebelum lampu merah Trimulyo Genuk.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Gubernur Sulsel Ditangkap, TNI Diminta Turun Tangan, Pengkhianatan SBY
Padahal awalnya, seluruh jalan Kaligawe itu sebelumnya terendam banjir dengan ketinggian lebih dari 40 cm. Di bawah jembatan tol Kaligawe yang tadinya banjir cukup dalam, kini juga sudah surut.
"Alhamdulillah mulai surut, kemarin memang saya minta dilakukan tindakan tambahan dengan menambah pompa. Ya meskipun belum tuntas, tapi ini ditambah dan sekarang mulai surut. Ini yang kami lakukan juga di Pekalongan untuk mempercepat penanganan banjir," kata Ganjar.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Beri Data yang Berbeda terkait Jumlah Kasus Covid-19, Pak Ganjar Protes
Ganjar menegaskan, penanganan banjir di Semarang, Demak dan Pekalongan sudah dibahas secara berjenjang dari kabupaten/kota hingga pemerintah pusat.
Pihaknya sudah menganggarkan perencanaan dalam waktu pendek, yakni menambah kapasitas pompa.
BACA JUGA: Ganjar: Jangan-jangan Beliau Keliru
"Karena beberapa daerah itu perlu kami bereskan dengan cepat. Ini perlu dikeroyok dan tindakan yang dilakukan harus dengan kondisi kedaruratan. Kemarin kami hitung, kalau mau di-push dengan pompa, itu butuh anggaran sekitar Rp75 miliar. Saya minta dicarikan dananya agar bisa dipasang dengan cepat," tegasnya.
Sambil menunggu itu, Ganjar meminta semua pompa yang ada saat ini di on kan semuanya untuk menangani banjir. Sebab saat mengecek rumah pompa Kali Babon, Ganjar menemukan pompanya tidak menyala dan hanya dua dari empat pompa yang bisa dioperasikan. Dua pompa lainnya rusak.
"Di Kali Babon tadi pagi pompanya mati, artinya kawan-kawan pengelola harus punya sensitivitas yang lebih. Kalau cuaca bagus dan masih ada genangan, mbok ya itu disedot. Sudah sensitivitas itu saja, disedot," tegasnya.
Selain tindakan jangka pendek, Ganjar juga meminta penanganan jangka panjang segera dilakukan. Misalnya normalisasi aliran sungai yang ada di daerah langganan banjir. Dari pantauannya di Kali Babon Semarang misalnya, ia melihat sedimentasi sungai cukup tinggi.
"Tadi sebenarnya genangan di Kaligawe itu bisa disedot, dibawa ke Kali Babon tetapi Kali Babon ini menurut saya harus dinormalisasi, karena daya tampung yang sebenarnya punya potensi besar, tadi tidak optimal. Sedimentasinya cukup tinggi, harus segera dilakukan penanganan," ucapnya.
Pihaknya, lanjut Ganjar, sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) terkait normalisasi kali Babon itu. Dia minta normalisasi dikebut dan terkonsentrasi pada satu titik.
"Normalisasi bisa mengajak perusahaan-perusahaan di kawasan ini terlibat, kota gotong royong bersama-sama agar ada percepatan. Saya bayangkan kalau kali Babon dikeruk, kanan kirinya dibuat tanggul tinggi seperti di Belanda, itu akan membantu sehingga proyek besar jangka panjang yang disiapkan lima tahun ke depan, mestinya itu bisa dikerjakan mulai hari ini," tegasnya.
Selain memantau daerah Kaligawe, Ganjar juga berkeliling meninjau kolam retensi Banjardowo Genuk dan memeriksa genangan di kawasan Woltermonginsidi.
Di Woltermonginsidi yang awalnya tergenang cukup dalam, air kini sudah mulai surut dan tak lagi menggenangi jalan utama. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia