jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama 33 akademisi dari berbagai negara melakukan ziarah kubur di makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11) bertepatan di Hari Pahlawan.
Hasto mengajak akademisi itu berziarah di tengah aktivitas mereka menjalani Konferensi Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future yang tujuannya melakukan tapak tilas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB).
BACA JUGA: PDIP Desak Pemerintah Rehabilitasi Nama Bung Karno dan Meminta Maaf kepada Keluarga
Sebelum melakukan ziarah kubur, rombongan akademisi diperkenalkan satu per satu oleh inisiator dan Koordinator Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Darwis Khudori.
Mereka antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Bukrina Faso/Canada), Beatriz Bissio (Brasil/Uruguay), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Prancis/Polandia), Hilman Farid (Indonesia), Darwis Khudori (Indonesia/Prancis), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal/USA), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India).
BACA JUGA: Basarah Sebut Bung Karno Tunjukkan Kelasnya Sebagai Pahlawan Sejati Meski Dipenjara di Banceuy
Di sisi lain, Hasto bersama sejumlah pengurus PDI Perjuangan di tingkat provinsi Jawa Timur serta kabupaten dan kota Blitar. Tampak juga Wali Kota Blitar Santoso di lokasi.
Setelah itu, Hasto kemudian memberikan sambutan di tenda utama. Sambutan Hasto hanya sedikit, sebab ia mengajak para akademisi untuk melakukan upacara sejenak di depan makam Bung Karno.
BACA JUGA: Jaga Perdamaian Dunia, Gerakan Non-Blok ala Bung Karno Harus Terus Digelorakan
Di sanalah, politisi asal Yogyakarta itu memberikan pernyataannya.
Berbicara dengan bahasa Inggris, Hasto menyampaikan kepada delegasi bahwa di makam sederhana ini merupakan tempat Bung Karno dikuburkan.
“Di sini Bung Karno dikuburkan, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan Presiden Pertama Republik Indonesia, sang penyambung lidah rakyat,” kata Hasto.
Doktor Ilmu Pertahanan itu juga mengutip pesan Bung Karno sebelum meninggal bahwa hidupnya, idenya, gagasannya, dan aspirasinya tidak bisa dibunuh dengan cara apa pun.
“Apa yang disampaikan Bung Karno itu terbukti. Selama Orde Baru 32 tahun di bawah kepemimpinan Soeharto yang otoriter berusaha memutarbalikkan dan menutupi sejarah, dengan tujuan menjauhkan rakyat dari Bung Karno, upaya tersebut sia-sia,” kata dia.
Hasto juga menyampaikan makam ini pada era Orde Baru ditutup dengan kaca dinding agar orang tidak bisa mendekat. Namun, dia menyampaikan kebenaran dan kebajikan selalu menemukan jalan ke luar.
“Kebenaran selalu mampu mendobrak tembok tebal tirani. Karena itu, kekuatan politik akhirnya terbukti. Bung Karno selalu hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Inspirasi bagi kaum tertindas yang haus akan keadilan. Inspirasi bagi rakyat kecil yang mendambakan hidup sejahtera,” jelas dia.
Hasto menerangkan Bung Karno memiliki semangat penggerak perjuangan. Bung Karno bahkan membangunkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang mewujudkan tatanan dunia yang bebas dari segala bentuk penjajahan.
Menurut Hasto, mengunjungi makam ini, terdapat pelajarant entang keyakinan akan cita-cita bahwa politik adalah perjuangan tanpa akhir, perjuangan untuk rakyat, untuk bangsa, dan untuk negara, serta untuk umat manusia di dunia.
“Atas dasar keyakinan yang sama, putri sulung Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, menempuh jalan terjal, menerobos berbagai rintangan, bahkan proyek politik otoriter yang beberapa kali mencoba membunuh karir politiknya. Konsekuensinya tidak mudah. Kantor Partai Demokrasi Indonesia yang dipimpin Megawati Soekarnoputri diserang secara brutal pada 27 Juli 1996, yang mengakibatkan banyak korban jiwa,” jelas dia.
Pada masa-masa itulah, lanjut Hasto, Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri memopulerkan slogan Satyam Evajayate yang berarti pada akhirnya kebenaranlah yang akan menang.
“Melalui perjuangan panjang, Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Kelima Republik Indonesia dan kepemimpinannya mampu melahirkan banyak pemimpin, termasuk Presiden Joko Widodo. Ini juga merupakan bukti pentingnya memperjuangkan kebenaran melalui jalur politik,” jelas Hasto.
Hasto pun mengajak para akademisi untuk berziarah dan berdoa di makam Bung Karno. Dia mengharapkan Bung Karno mendapat tempat terbaik di surga.
Hasto juga menginginkan doa itu membawa semua pihak belajar dari perjuangannya dan mewarisi semangatnya.
“Khusus untuk seluruh delegasi yang baru saja datang ke Gedung Merdeka Bandung untuk memperingati Konferensi Asia Afrika, setelah menempuh perjalanan yang panjang bapak-bapak dan ibu-ibu sekarang sudah berada di Makam Bung Karno,” jelasnya.
Hasto berharap semangat membangun tatanan dunia baru tanpa kolonialisme dan aksi solidaritas antarsesama, terus dikuatkan.
Dia menginginkan semua pihak bergandengan tangan dalam mewujudkan kesetaraan internasional. Serta kerja sama politik yang saling menghargai setiap negara, dan berkolaborasi dalam bidang ekonomi dan budaya dalam rangka membangun tatanan dunia yang lebih adil, damai, dan sejahtera.
“Akhirnya, seperti yang diyakini Bung Karno bahwa ketika kita memperjuangkan kepentingan umat manusia, seluruh perjuangan tidak akan pernah sia-sia. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia,” tutup Hasto. (Tan/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wahai Jokowi dan Prabowo, Menurut Sekjen PDIP, Rakyatlah yang Akan Menentukan
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga