jpnn.com, LONDON - Pandemi virus corona (COVID-19) yang melanda Inggris tak kunjung menunjukkan tanda-tanda mereda. Negeri kerajaan itu justru baru saja melewati hari dengan angka kematian paling banyak dalam sejarah Inggris.
Pada Selasa (7/4), terdapat 786 warga di Inggris yang dilaporkan meninggal akibat pandemi global itu. Saat ini virus corona telah merenggut lebih dari 6.000 jiwa di Inggris.
BACA JUGA: Inggris Dilanda Corona, Bekas Hanggar Dijadikan Kamar Mayat Darurat
Lonjakan angka kematian itu seiring dengan peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Inggris yang sudah mencapai 55.242. Sehari sebelumnya (6/4), jumlah kasus COVID-19 di negeri Ratu Elizabeth itu masih di angka 51.608.
Sebenarnya jumlah kematian sempat turun dalam dua hari berturut-turut termasuk kemarin. Dari 621 kematian pada Minggu (5/4), sehari kemudian turun menjadi 439.
BACA JUGA: Turut Prihatin, Kondisi PM Inggris Boris Positif Corona Makin Memburuk
Departemen Kesehatan Inggris menyatakan jumlah kematian bisa jadi melebihi dari yang dilaporkan. Sebab, tambahan angka itu tidak termasuk dari Manchester, Leeds dan Irlandia Utara.
Adapun wilayah di Inggris yang paling parah dilanda pandemi virus corona adalah Greater London. Angka kematiannya sudah mencapai 1.482.
Para ilmuwan telah memperkirakan puncak pandemi virus corona di Inggris akan datang sekitar Paskah. Prediksi itu mengindikasikan Inggris akan melalui masa-masa yang berat pada pekan ini.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson termasuk satu dari ribuan pasien COVID-19. Tokoh Partai Konservativ itu dilarikan ke rumah sakit pada Minggu lalu (5/4) akibat kondisinya memburuk.
Namun, kondisi BoJo -panggilan akrabnya- kini berangsur pulih. Kantor PM Inggris menyatakan, BoJo sempat memperoleh bantuan oksigen.
Walakin, BoJo tidak membutuhkan ventilator untuk membantunya bernapas. "Perdana Menteri telah setabil semalam dan tetap dalam semangat bagus," ujar pernyataan dari Kantor PM Inggris.(sun/star/ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni