jpnn.com - Jejaring sosial Facebook turut memeriahkan peringatan Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap tanggal 8 Maret.
Kontribusi Facebook diwujudkan dengan mengapresasi wanita-wanita di dunia yang telah memberikan perhatian pada pencapaian perempuan dan menunjukkan tingkat kesetaraan perempuan saat ini.
BACA JUGA: Terjebak di Mobil Tercebur Kali Selama 14 Jam, Bayi 18 Bulan Selamat
"Kami mendengar beberapa cerita hebat tentang keterhubungan yang kaum perempuan lakukan setiap harinya. Bersama-sama, mereka membawa dampak positif pada komunitas tempat mereka berada dan secara global telah memotivasi perempuan di belahan dunia lainnya untuk melakukan hal serupa," kata Ayudha Dhira, Associate Weber Shandwick untuk Facebook dalam keterangan persnya kepada JPNN.com, Senin (9/3).
Ada 12 wanita yang dipilih dalam Facebook Stories. Ke-12 wanita perempuan ini telah membawa perubahan dengan menjadikan Facebook sebagai bagian dari perjalanan mereka. (awa/jpnn)
BACA JUGA: Ini Jeritan Batin Anggota Bali Nine akibat Anggap Narkoba Keren
Berikut 12 Wanita Menginsipirasi Versi Facebook:
Annie Clark & Andrea Pino
BACA JUGA: Punya Kelainan, Pria ini Teler Setiap Makan Kentang
Annie Clark dan Andrea Pino merupakan dua pendiri organisasi End Rape on Campus di Amerika Serikat, yang memberikan sumber rahasia dan gratis kepada korban, orangtua dan mereka yang membutuhkan dukungan.
Saat menjadi mahasiswi di University of North Carolina di Chapel Hill, Annie dan Andrea pernah mengalami kekerasan seksual.
Tahun 2009, Annie membuat kotak yang disebarkan di sekitar kampus bagi para korban. Ini sama seperti sistem yang digunakan Andrea untuk melaporkan kekerasan yang dialaminya tiga tahun yang lalu.
Dia pun mengetahui tentang Annie yang beberapa tahun lebih tua darinya, dan mengirim pesan kepadanya melalui Facebook. Mereka berdua berbagi pengalaman dan menemukan bahwa bagaimana buruknya kasus mereka ditangani ternyata bukan hanya terjadi kampus mereka tapi juga terjadi di tingkat nasional.
Mereka kemudian memutuskan untuk lebih terbuka mengenai kampanye mereka dan mengajukan aduan tingkat federal kepada Universitas tempat mereka belajar. Ini kemudian membawa mereka ke kampus lain di penjuru negeri untuk melakukan hal yang sama.
Bersama, mereka menggunakan Facebook Group untuk memberikan dukungan dan sumber informasi bagi satu sama lain maupun ratusan mahasiswi lainnya. Melalui perbincangan seperti inilah, End Rape on Campus serta organisasi sejenis akhirnya terbentuk.
Kini, Annie dan Andre bekerja untuk organisasi tersebut di Los Angeles, California untuk memberikan para korban layanan yang komprehensif.
Samantha Cristoforetti
Samantha Cristoforetti memiliki pekerjaan sehari-hari mengelilingi bumi selama 92 menit. Sebagai insiniyur teknik penerbangan untuk International Space Station Expeditions 42 dan 43, Samantha hidup dan bekerja pada orbit bumi dimana dia pun menyempatkan diri berbagi pengalamannya di Facebook.
Tahun 2009, dia adalah satu dari 6 orang yang terpilih dan menyisihkan 8.000 pendaftar lainnya untuk bergabung dalam European Space Agency sebagai seorang astronot.
Samantha merupakan perempuan Italia pertama di luar angkasa, tapi ia memilih untuk menunjukkan bahwa bukanlah sesuatu yang luar biasa untuk menjadi seorang perempuan dan astronot pada saat yang bersamaan.
Bahkan, ia ingin kebanyakan orang untuk melihat ini sebagai sesuatu yang normal, agar semakin banyak wanita dan perempuan muda di seluruh dunia yang akan melakukan hal yang sama.
Samantha berangkat dengan International Space Station sampai bulan Mei untuk melakukan penilitian sains dan teknologi terhadap keadaan tanpa beban yang merupakan bagian dari misinya, dikenal dengan nama Futura untuk menghargai usaha membangun masa depan di luar angkasa bagi manusia.
Shoana Solomon
Shoana Solomon adalah seorang pengusaha Liberia berkebangsaan Amerika yang memulai sebuah gerakan untuk melawan pandangan negatif terhadap orang Afrika Barat saat krisis Ebola memuncak di 2014.
Setelah keluarganya direlokasikan dari Monrovia, Liberia ke Delaware, Shoana melihat bagaimana kepanikan dan ketakutan dialami oleh orang Afrika di Amerika Serikat karena Ebola. Seorang murid berusia 9 tahun dikucilkan oleh teman-temannya karena dianggap memiliki Ebola pada hari pertama sekolah. Shoana tahu bahwa ini hanyalah sebagian contoh kecil dari diskriminasi yang terjadi dan dihadapi oleh kebanyakan orang.
Saat dia melihat seorang temannya di Facebook memposting untuk melawan persepsi negatif ini, Shoana dan tiga perempuan Liberia lainnya pun membuat sebuah kampanye, #IamALiberianNotAVirus. Shoana memposting foto dirinya sendiri dengan menujukkan hashtag dan mengajak orang lain untuk berbuat hal yang sama.
Dalam waktu beberapa hari saja, gerakan ini menyebar di Facebook dan media sosial lainnya. Banyak perempuan ikut membuat Facebook Page untuk berbagi foto-foto dan berita mengenai pengaruh dari kampanye ini.
Sebagai contohnya, sebuah grup perempuan Liberia melakukan demonstrasi di New York, dengan memperlihatkan slogan dari kampenye tersebut. Dan beberapa orang Afrika Barat di Philadelphia, Pennysylvania menggelar pawai karena hal yang sama.
Kampanye ini pun meningkatkan kesadaran nasional dan membantu menghilangkan ketakutan dan stereotipe akan Liberia dan orang Afrika lainnya, namun Shoana mengatakan bahwa gerakan ini telah membawa orang Liberia bersatu bersama pada masa-masa sulit.
Mayumi Taniguchi
Mayumi Taniguchi merupakan seorang Associate Professor jurusan hukum internasional yang fokus pada isu-isu hak perempuan serta hukum gender dari Osaka International University, dan juga merupakan pendiri All Japan Obachan Party, sebuah grup yang menyuarakan kesetaraan perempuan di pemerintahan Jepang.
Dua tahun yang lalu, Mayumi menyadari bahwa tidak ada perempuan yang mendapatkan posisi di partai politik. Dia pun memposting cerita tentang “pria tua” yang mendominasi politik Jepang di Facebook.
Ketika ia melihat respon luar biasa dari postingnya tersebut, ia pun memutuskan untuk menciptakan Facebook Group untuk partai politik sempalannya, Partai All Japan Obachan.
Di Jepang, “obachan” merupakan istilah ‘kasar’ yang dipakai untuk seorang bibi ataupun perempuan berumur.
Mayumi memutuskan untuk menggunakan kata ini demi memberdayakan ribuan perempuan agar menyuarakan pendapat dan mengambil tindakan untuk mengubah politik di Jepang. Upaya yang cenderung sarkastik ini pun menjadi semacam sebuah inisiasi berkelanjutan bagi pendukungnya.
Anggota partai pun seringkali menyelenggarakan pertemuan, melakukan penelitian terhadap keikutsertaan perempuan pada pemilihan umum di tingkat distrik dan mengajukan pertanyaan kepada kandidat mengenai kebijakan politik mereka terkait isu perempuan.
Selain memberikan suara kepada wanita Jepang yang pada umumnya malu menyuarakan aspitasi politiknya, Mayumi juga berperan sebagai advokat bagi perempuan.
Mayumi akan berpartisipasi dalam Comission on the Status of Women di PBB, New York, bulan ini. Dia dan anggota group AJOP lainnya berencana untuk mengadakan konferensi internasional tahun depan. (Bagian-1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Diperkosa Diberi Rp 1 Juta, Uangnya Diberikan ke Polisi
Redaktur : Tim Redaksi