Hari Perempuan Internasional, Ini 12 Kisah Menginspirasi (3)

Selasa, 10 Maret 2015 – 04:20 WIB

jpnn.com - Azmat Khan

BACA JUGA: Dua Pilot Ini Keliling Dunia dengan Pesawat Tenaga Surya

Azmat Khan merupakan reporter investigasi berkebangsaan Amerika yang saat ini bekerja untuk BuzzFeed News, yang mengangkat berita-berita mengenai ketidaksetaraan yang terjadi di seluruh dunia.

Azmat tumbuh besar diantara komunitas Muslim kecil di Grand Rapids, Michigan. Pengalaman masa kecilnya ini membuatnya menjadi tertarik pada hak sipil dan komunitas yang ter-marjinal-kan.

BACA JUGA: Buru Pelaku dari Video di Medsos

Saat mengerjakan tesis S2 untuk studi perempuan di Oxford University, dia pun terinspirasi untuk terjun ke dunia jurnalisme sebagai salah satu cara agar dirinya dapat menjangkau lebih banyak orang dengan berbagai isu penting.

Azmat pernah bekerja di Pakistan selama setahun sebelum kembali ke Amerika Serikat dan bergabung di PBS Frontline, kemudian Al Jazeera America.

BACA JUGA: Hari Perempuan Internasional, Ini 12 Kisah Menginspirasi (2)

Dia menghabiskan berbulan-bulan meliput berita dan sering menggunakan Facebook untuk berbaur dengan komunitas. Dengan koneksi yang dia miliki, Azmat kemudian meliput beberapa peristiwa ketidakadilan dan menyampaikannya ke masyarakat.

Melalui sebuah berita yang dia tulis untuk Al Jazeera America, Azmat menceritakan mengenai kekerasan seksual yang dialami oleh mahasiswa penyandang cacat. Dia pun kemudian menggunakan Facebook Groups untuk mencari sumber dan mengetahui lebih lanjut tentang apa saja yang mereka alami.

Kini, Azmat meliput di Afganistan karena dia percaya bahwa dengan berbagi pengalamannya di berbagai tempat yang pernah dikunjunginya ia bisa mengatasi kesalahpahaman akibat perbedaan kultur.  

Her Voice

Her Voice adalah sebuah organisasi di Nairobi, Kenya, yang didirikan oleh sekolompok perempuan untuk melawan kekerasan gender dan mendukung para korban yang telah menjadi korbannya.

Organisasi ini dibentuk setelah demonstrasi #MyDressMyChoice sukses dilakukan sekelompok perempuan yang bertemu melalui grup Kilimani Mums Nairobi di Facebook.

Protes yang dihadiri ratusan orang ini merupakan respon atas serangan yang dilakukan terhadap seorang perempuan muda di area publik oleh sekelompok pria, dengan alasan bahwa perempuan tersebut mengenakan pakaian yang dirasa tidak sopan.

The demonstration and a petition to the parliament helped change the law to explicitly define stripping as an illegal sexual offense. This result showed the #MyDressMyChoice organizers what they could accomplish, so eight of the women worked together to start Her Voice.  

Demonstrasi serta petisi yang diajukan ke parlemen akhirnya mampu mengubah undang-undang untuk secara eksplisit memasukkan pelucutan sebagai pelecehan seksual. Setelah sukses dengan #MyDressMyChoice, delapan perempuan dari kampanye ini pun memulai Her Voice.

Her Voice merespon para korban kekerasan seksual dan rumah tangga yang menghubungi mereka melalui Facebook Page ataupun profil personal.

Organisasi ini pun membantu mereka untuk mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku dan merekolasi mereka jika diperlukan.

Sukki Singapora

Sukki Singapora adalah seorang penari burlesque dan aktivis dari Goodman Road di timur Singapura yang menjadi wanita pertama yang menarikan burlesque secara terbuka pada Februari 2015.

Sukki mempelajari balet sejak kecil dan melalui kecintaannya pada tarian dan gaya vintage, dirinya menemukan burlesque. Hal tersebut menjadi motivasi yang kuat untuk mengekspresikan dirinya, namun di negaranya hal tersebut dilarang.

Dia kemudian pindah ke London dan setelah dia memahami mengenai seni burlesque, Sukki menekuni pekerjaan pertamanya dengan tampil di sebuah klub komedi lokal. Sukki memilih nama panggung ‘Singapora’ untuk mengenang sejarahnya.

Setelah membuat Facebook Pagenya, Sukki mulai menerima banyak pesan dari para wanita di berbagai belahan dunia yang menyatakan kagum akan apa yang dilakukannya untuk mengekspresikan diri dan untuk berjuang demi kesetaraan perempuan.

Ia menyadari bahwa kebanyakan perempuan yang mengirimkan pesan kepadanya berasal dari Singapura yang melihatnya sebagai inspirasi.

Banyak juga dari mereka yang butuh masukan tentang pertunjukkan burlesque, maka dari itu Sukki pun membuat Facebook Group, yaitu The Singapore Burlesque Society.

Melalui grup ini, anggotanya dapat dengan mudah dan terbuka melakukan diskusi mengenai burlesque, tips dan rencana workshop. Mereke terhubung karena burlesque – membuat mereka memperhatikan tubuh dan cara mereka mengekspresikan dirinya.

Sukki dan anggota grup tersebut mulai bekerjasama dengan politikus di Singapura untuk mencabut larangan akan burlesque melalui Facebook dan memulai pembicaraan tentang makna burlesque sebagai salah satu bentuk pengekspresian diri.

Setelah empat tahun berjuang, larangan itupun akhirnya dicabut. Sukki, juga menjadi duta untuk Sharan Project, sebuah organisasi yang mendukung perempuan Asia Selatan berkaitan dengan isu domestic. Ia pun melanjutkan perjuangannya demi kebebasan dan kesetaraan perempuan di seluruh dunia. (bagian-3/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecanduan Film Dewasa, Wanita Ini Masturbasi 6 Kali Sehari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler