jpnn.com - Bertepatan denga Hari Perempuan Internasional, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) turut bicara soal peran wanita di dunia.
Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan perempuan harus diberdayakan untuk menyiapkan generasi unggul masa depan.
BACA JUGA: Muhammadiyah dan LDII Ingatkan Umat Tidak Berpecah karena Tahun Politik
“Para perempuan saat ini telah meraih pendidikan tinggi dan mampu menjawab tuntutan profesional," kata Chriswanto Santoso dikutip dari keterangan pers yang diterima JPNN.com, Kamis (9/3).
Chriswanto menyadari bahwa perempuan memiliki kodrat yang tak bisa dipungkiri, seperti melahirkan.
BACA JUGA: Ketum LDII: Pers Harus Selalu Menjadi Ruang Diskusi Publik yang Bebas
Namun, karena hal itu lah, perempuan muslim seharusnya memiliki pengetahuan yang luas agar bisa membimbing anak-anaknya.
Chriswanto menjelaskan LDII selalu memberi ruang atau tempat tersendiri untuk para perempuan berkembang.
BACA JUGA: LDII Ingatkan Para Elite Hindari Kegaduhan di Tahun Politik
Sejak 1997, LDII Jawa Timur rutin mengadakan seminar perempuan yang rutin, menghadirkan para psikolog keluarga, manajer keuangan, ahli kesehatan, hingga ahli gizi.
"Perempuan yang berpengetahuan dan berwawasan dapat membina anak-anaknya dengan baik," tuturnya.
Menurutnya, peran perempuan sebagai istri bukan sekadar memasak atau membersihkan rumah.
Namun, para perempuan ini juga manajer yang mengatur keuangan keluarga.
Terutama, para perempuan yang memutuskan bekerja atau menjalankan aktivitas sosial.
"Untuk itu mereka harus mampu mengatur waktu, berbagi tugas dengan suami,” paparnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ketua DPP LDII Siti Nurannisaa Paramabekti.
Menurutnya, perempuan merupakan sasaran program pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Artinya dalam pembangunan tak ada satupun yang tertinggal, termasuk wanita," kata Siti Nurannisaa.
Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UN Women yang ditelisik Nisa, 37 persen wanita tidak menggunakan internet.
Adapun terdapat gap 259 juta, perempuan yang memiliki akses ke internet dibanding laki-laki.
Sementara itu, dia berpendapat peningkatan literasi digital bagi para perempuan justru penting.
“Jika perempuan tidak memperoleh akses dan kontrol pada sumberdaya tersebut. maka mereka tidak dapat mengembangkan keterampilan digitalnya," ujar Nisa. (mcr31/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah