jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan tahun politik yang sudah di ambang pintu harus disambut dengan upaya mencerdaskan bangsa.
Dia juga mengingatkan agar tidak terjadi komunikasi politik populis ataupun politik identitas sebagaimana dua pemilu sebelumnya.
BACA JUGA: Siapkan Generasi Penerus Profesional Religius, LDII Gelar Diklat Kader Kesehatan Poskestren
“Kegaduhan yang ditimbulkan elite politik, menjadikan masalah kebangsaan berlarut-larut, pdahal, Indonesia bukanlah negara yang kebal terhadap krisis yang sedang dihadapi dunia,” ujar Chriswanto, dalam keterangannya, Kamis (22/12).
Menurutnya isu-isu perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode atau mempertentangkan anggaran IKN dengan pemilu, dan agama versus nasionalisme membuat masyarakat tidak tenang.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR dan LDII Minta Ketulusan Para Pejuang Terus Digaungkan
"Apalagi ada yang menggoreng isu-isu itu, agar menjadi trending topic,” tutur Chriswanto.
Fenomena tersebut menjadi kontraproduktif di tengah-tengah masyarakat, apalagi pengalaman dua pemilu lalu, sampai ada kerabat yang tidak saling tegur sapa.
BACA JUGA: Pangkostrad Ajak LDII Berkolaborasi Atasi Permasalahan Air Bersih di Indonesia
"Dalam skala nasional bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, yang sejatinya jadi isu sensitif dan masalah laten di negeri ini,” ungkapnya.
Dia pun meminta agar masyarakat selalu menyaring, mengkonfirmasi dan cek ricek informasi dan berita. Hal tersebut agar tidak terpengaruh gosip, isu yang tidak terverifikasi, apalagi hoaks di media.
"Selama ini, ada sebagian masyarakat yang menjadikan media sosial sebagai sumber informasi yang terpercaya. Akibatnya, mereka sulit membedakan mana informasi yang benar dan hoaks,” ujarnya.
Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) DPP LDII, Rully Kuswahyudi mengimbau masyarakat tidak mudah mempercayai informasi di media sosial.
Sebab, kata dia, informasi dari media massa juga bisa dipelintir, dan dijadikan lahan yang subur bagi para pemecah-belah persatuan bangsa.
"Semuanya butuh filter, apakah akun itu akun resmi ataukah hanya akun abal-abal yang tidak jelas. Media sosial merupakan bagian dunia maya, yang semua orang bisa menyamar untuk berbagai tujuan, termasuk tujuan negatif bahkan merusak,” bebernya. (zil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh