BACA JUGA: Waspadai Hematochezia Pada Bayi Baru Lahir
Seharian penuh mereka menampilkan 100 tarian bergenre tradisional dan modern"Konsepnya kan menari bersama
BACA JUGA: Koleksi Selebriti Dunia di Fashion Nation
Karena itu, warga Solo juga dilibatkan," kata Dwi Wahyudiarto, ketua pelaksana Solo Menari 24 JamBACA JUGA: Tampil Lebih Muda dengan Teknologi Laser
Ratusan orang kemarin memadati dua tempat ituWahyu (panggilan akrab Wahyudiarto) menambahkan, sejak 1982, UNESCO menetapkan 29 April sebagai Hari Tari Sedunia"Ide dari Hari Tari Sedunia itulah yang menjadi dasar pelaksanaan acara ini," sebut Wahyu.
Pada gelaran perdana hingga ketiga, Solo Menari 24 Jam hanya digelar di ISI SoloPada gelaran keempat tahun ini, ajang tari itu mulai mengajak warga sekitar Solo untuk berpartisipasiMulai karyawan mal, siswa sekolah, hingga aparat kepolisian diajak turut serta dalam ajang tari tersebut"Pokoknya harus melebur semua," kata Wahyu.
Maksud melebur itu, kata Wahyu, bukan berarti para warga harus ikut menariAparat kepolisian, misalnya, diminta untuk menunjukkan eksistensinya dalam mendukung Hari Tari Sedunia"Jadi, pak polisi saat bertugas pakai sampur (selendang tari, Red)Setidaknya itu melebur," kata WahyuDi beberapa titik lalu lintas memang terlihat para korps baju cokelat memasang sampur di pinggang ataupun menyampirkan di bahu.
Di acara kemarin Wali Kota Solo Joko Widodo menabuh gong tanda pembukaan Solo Menari 24 Jam di Solo SquareSedangkan Wakil Wali Kota Hadi Rudyatmo membuka ajang itu di ISI SoloGong ditabuh serentak pada pukul 06.30 WIBPerforma di Solo Square pada permulaan adalah yang paling meriahBeberapa tari modern, tradisional, dan kontemporer ditampilkan secara bergantian.
Salah satu di antara ratusan tari itu adalah kisah RamayanaTari kontemporer karya Romo Tundung itu mengisahkan Ramayana yang mulai mendekati Shinta untuk dijadikan pasangan hidupCerita perebutan kekuasaan, dari yang seharusnya dimiliki Rama, oleh ibu Barata juga menjadi bagian cerita.
Partisipan dari luar Solo juga hadir di acara tersebutPara penari dari Jogja, Jawa Barat, Jawa Timur, Pekanbaru, Kalimantan Timur, Lampung, dan bahkan Malaysia hadir untuk berpartisipasiMenurut Wahyu, mereka datang atas biaya dari kocek masing-masing"Kami hanya menyediakan tempat pentas, istirahat, dan konsumsiMereka datang dengan biaya sendiri," kata dia(bay/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan Jabar Rawan Kanker Payudara
Redaktur : Tim Redaksi