Harlah ke-123, Bung Karno Merupakan Tokoh Dunia yang Belum Tertandingi, Ini Buktinya

Kamis, 06 Juni 2024 – 15:35 WIB
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menjadi pembicara dalam diskusi memperingati Hari Lahir Bung Karno di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (6/6). Foto: PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Sejarawan sekaligus Dekan FIB Universitas Indonesia (UI) Dr. Bondan Kanumoyoso menyebut pidato pembelaan atau pleidoi Indonesia Menggugat oleh Soekarno atau Bung Karno atas pemerintahan kolonial Belanda, masih relevan.

Bahkan, menurut Bondan, pleidoi Indonesia Menggugat Bung Karno ini masih terngiang-ngiang di telinga setiap orang meski sudah hampir 100 tahun yang lalu.

BACA JUGA: Dipanggil Polisi, Hasto Sebut Perjuangannya Belum Seberapa Dibanding Bung Karno dan Megawati

Sebab, apa yang disampaikan oleh Bung Karno dalam pleidoi untuk melawan imperialisme dan kolonialisme, justu menjadi relevan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Hal itu disampaikan Bondan saat hadir sebagai pembicara dalam peringatan Hari Lahir Bung Karno di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (6/6).

BACA JUGA: Bicara Pesan Moral dari Bung Karno di Ende, Hasto PDIP: Api Perjuangan Terus Menyala

Adapun pembicara lainnya, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning dan dipandu oleh Sejarawan yang juga kader PDIP Bonnie Triyana. Lalu, turut hadir puluhan perwakilan badan dan sayap PDIP.

“Walaupun sudah berlalu hampir 100 tahun yang lalu, tapi rasanya Bung Karno seperti berbicara lagi di telinga kita dan menggedor hati kita semua dengan argumen-argumen yang masih relevan hingga saat ini. Jadi perbaikan nasib rakyat Indonesia itu menjadi tugas bersama,” kata Bondan.

BACA JUGA: Anies Baswedan Ajak Masyarakat Pelajari Pemikiran Bung Karno di Harlah Pancasila

Bondan pun memuji pemikiran Bung Karno lewat pidato pembelaan atau pledoi Indonesia Menggugat. Di mana, pledoi itu dibuat di bawah tekanan pemerintahan kolonial saat di dalam penjara Banceuy di Bandung pada 1930.

Dia juga menyebut belum ada yang bisa menandingi pemikiran Bung Karno dalam pledoi Indonesia Menggungat.

“Saya kira menyamakan tidak bisa. Karena memang ditulis dengan kedalaman dan satu pemahaman yang luar biasa. Dengan runtut dan sistematis, dengan mengambil referensi 60 orang penulis, saya hitung, dan tokoh-tokoh dunia yang cukup itu paling kurang. Jadi, luar biasa,” ucap Bondan.

Dia menyampaikan pleidoi Indonesia Menggugat yang berbeda dibagi dalam 19 bagian.

"Diawali dengan uraian tentang imperialisme, diakhiri dengan marhaenisme. Sangat sistematis,” sambung dia.

Dia juga menyebut pemikiran Bung Karno sangat runut dan sistematis. Bahkan, sebagai dampak dari imperialisme selama berabad-abad yang tersisa sebagai kekuatan bangsa Indonesia itu adalah tinggal kaum Marhaen.

“Yang memang itu juga diformulasikan oleh Bung Karno siapa kaum marhaen. Dan ini luar biasa. Selalu kali disederhanakan orang seolah-olah itu adalah tiruan dari pemikiran-pemikiran besar yang lain. Tapi Bung Karno tertumpu pada realita yang ada dalam masyarakat Indonesia untuk melahirkan konsep kaum Marhaen,” ujarnya.

Bondan pun mengingatkan pemikiran Bung Karno jauh melampaui zaman. Sebab, imperialisme dan kolonialisme tidak berakhir dan justru bertranformasi saat ini.

“Jadi, menurut Bung Karno, imperialisme dan kolonialisme tidak berakhir. Nah, ketika VOC bangkrut. Tetapi justru telah bermetamorfosis menjadi neoimperialisme dan neokolonialisme. Ini relevansinya dengan situasi zaman sekarang. Nah, Indonesia menggugat, menyajikan dengan jelas,” jelasnya.

Bondan juga mengajak seluruh peserta dan masyarakat untuk mendalami kembali pidato pembelaan atau Pledoi Indonesia Menggugat Bung Karno. Karena, di sana dijelaskan bahwa akar dari penderitaan dan kemiskinan rakyat itu adalah sistem ekonomi yang tidak adil.

“Kalau kita lihat Pancasila, yang paling bermasalah adalah sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang menyebabkan munculnya sistem politik yang kita rasakan di Indonesia itu menindas,” katanya.

Dia menambahkan pemikiran Bung Karno ini juga mengajarkan bangsa Indonesia akan dapat secara efektif tercapai jika mau berjuang di tengah-tengah rakyat dan bukan menggunakan nama rakyat, tetapi berjuang di tengah-tengah rakyat.

“Bersama-sama rakyat seperti yang dilakukan oleh Bung Karno dengan memanjukan kepentingan perjuangan untuk rakyat Indonesia,” jelas dia. (tan/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertandang ke Ende, Megawati Mengukuhkan Organisasi Jaket Bung Karno


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler