jpnn.com - MOJOKERTO - Benda-benda purbakala di masa Kerajaan Majapahit diyakini masih banyak terkubur di sawah Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Benda cagar budaya (BCB) yang ditemukan di desa itu selama ini meliputi belasan batu umpak. Batu-batu umpak tersebut tercecer di beberapa sisi area persawahan dekat situs Tribuana Tunggadewi.
''Kalau tidak salah, batu umpak yang belum kita evakuasi sekitar 15 buah,'' ujar Kepala Desa (Kades) Klinterejo Zainal Abidin kemarin.
BACA JUGA: Lah, Gimana Nih? Mantan Pejabat kok Tetap Pakai Mobil Dinas
Desa Klinterejo adalah salah satu wilayah yang menjadi lokasi penemuan benda purbakala peninggalan Majapahit belakangan. Wilayah itu berada di luar desa yang tersebar di Kecamatan Trowulan sebagai kawasan cagar budaya nasional.
Abidin menuturkan, belasan umpak berbahan batu asli yang berbentuk kotak tersebut memang sulit dievakuasi. Selain lokasinya tercecer dan tersebar di beberapa tempat, batu umpak berukuran sekitar 80 x 80 cm itu telah lama tertanam dalam tanah dengan kedalaman rata-rata 50-60 sentimeter. Kondisi tersebut terbilang menyulitkan warga untuk mengangkat batu umpak dari tempat asalnya.
BACA JUGA: Gara-Gara Ini, Panwascam Tidak Gajian
''Ada juga yang tergeletak di antara saluran persawahan. Tetapi, untuk mengangkatnya, kita kesulitan. Medannya terbilang berat,'' katanya.
Menurut Abidin, benda-benda yang diduga peninggalan Majapahit tersebut merupakan sisa dari evakuasi warga sebelumnya. Karena pertimbangan lokasi dan keterbatasan tenaga, warga terpaksa menunda upaya penyelamatan. Apalagi, proses pengangkatan benda-benda purbakala itu selama ini dilakukan secara manual.
BACA JUGA: Ini Jadwal Kampanye Terbuka di...
''Terakhir, kami harus mengevakuasi dengan bantuan crane manual. Ditarik dengan rantai dulu, baru kita angkat,'' paparnya.
Dalam kurun lima tahun terakhir, warga menyelamatkan sekitar 25 batu umpak yang semula tercecer di beberapa tempat. Upaya penyelamatan dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari membongkar dengan peralatan seadanya, mengangkat bersama, hingga mengangkutnya ke atas pikap.
Saat ini, umpak yang dapat diselamatkan disimpan di dalam area Situs Watu Ombo atau Tribuana Tunggadewi, sekitar 50 meter dari lokasi penemuan umpak. Warga pun memercayakan perawatannya kepada juru pelihara (jupel) Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan. Selain itu, pemeliharaan rutin secara swadaya dilakukan minimal sebulan sekali.
''Dalam waktu dekat, 15 umpak tersisa juga kita evakuasi. Kami masih mempelajari cara mengangkatnya. Sebab, kalau secara manual, sangat tidak mungkin. Batu umpaknya sangat berat,'' kata Abidin. (ris/yr/c23/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diguyur Dana APBN, Nunukan Genjot Sektor Pendidikan di Perbatasan
Redaktur : Tim Redaksi