Harus Ada Kompetitor KS

Untuk Kondusifkan Industri Baja Nasional

Jumat, 18 Juli 2008 – 10:41 WIB
JAKARTA - Pemerintah telah mengambil opsi IPO untuk proses privatisasi PT Krakatau Steel (KS)Meski demikian, itu tak menjamin kinerja KS akan semakin membaik dibandingkan jika opsi penjualan ke ArcelorMittal yang dipilih

BACA JUGA: Ekspor Produk Kayu-Rotan Rp 3,5 T


"Bagaimana pun, harus diakui bahwa KS masih tertinggal dengan pabrikan baja lainnya di dunia," ujar pengamat pasar modal Dandosi Matram dalam diskusi IPO KS yang dihelat PWI Jakarta Kamis (17/7).
Secara prinsip, KS harus dilindungi karena bagian dari BUMN strategis nasional
Namun, kata konsultan IPO sejumlah BUMN itu, publik tidak bisa menutup mata bahwa kinerja KS juga tidak bisa dikatakan sangat baik

BACA JUGA: Tambahan Anggaran Tak Langsung Disetujui

”Indonesia sangat tertinggal dalam industri manufaktur akibat minimnya dukungan dari baja,” katanya

Kontribusi industri baja terhadap PDB hanya 28 persen

BACA JUGA: Pertamina Naikkan Stok BBM 2008

Padahal, sambung dia, di Malaysia kontribusinya mencapai 32 persenIndonesia mempunyai tingkat konsumsi baja 33 kilogram per kapita tahunPadahal, Malaysia sudah mencapai 280 kilogram per kapita per tahun”Harus diakui memang masih ada yang belum bagus di KSKarena itu, setelah IPO, KS harus transparan,” ujar komisaris salah satu BUMN itu.
Untuk itu, dia sebenarnya mendukung Mittal masuk ke Indonesia dengan lebih ekspansif”Tapi, jangan di KSKita tahu track record Mittal di sejumlah negara kurang baikMittal bisa masuk ke Jaya Pari (perusahaan baja swasta, Red) atau membesarkan Ispatindo,” katanyaIspatindo adalah anak usaha Mittal yang berada di Waru, Sidoarjo, Jatim
Masuknya Mittal secara masif untuk mengembangkan pabrik baja selain KS, kata dia, akan membuat iklim kompetisi di industri ini semakin baik”Di mana-mana kalau monopoli itu kurang baikKS selama ini relatif tidak ada saingannya, nyaris monopoli, jadi harus dipacu, biar produksinya meningkat, biar merasa ada saingan,” ujarnyaDia mencontohkan dibukanya keran kompetisi di sejumlah sektor, seperti telekomunikasi dan penerbangan, membuat masyarakat Indonesia sebagai konsumen justru diuntungkan karena ada perang pelayanan.
Memang, kata dia, monopoli industri baja oleh KS sudah dibuka pada 1991Namun, hingga kini, KS masih merajai karena perusahaan-perusahaan lain tidak mempunyai fundamental sebaik KS.
Sementara itu, DPR kemungkinan akan membahas soal proses IPO KS mulai bulan depan”Sekarang akan ditentukan dulu siapa yang membahas, apakah Komisi VI atau Komisi XI,” ujar anggota Komisi VI Didik JRachbiniKomisi VI adalah komisi yang mengurusi masalah BUMNSementara Komisi XI membidangi masalah keuangan”Secara prinsip, DPR setuju IPO untuk mengembangkan industri baja di Indonesia,” katanya

Lepas sampai 30 Persen
Dandosi menyatakan, valuasi aset KS bisa menembus Rp 13 triliunItu berarti, kata dia, pelepasan saham KS ke lantai bursa bisa mencapai sekira 30 persen”Saham yang dilepas sebanyak itu (sampai 30 persen, Red) masih bisa diserap pasar,” katanyaDia mengingatkan agar proses IPO diperhatikan dengan cermat karena kondisi pasar yang sedang memburuk”Jangan sampai anjlok sahamnya, atau tidak terserap pasar,” katanya.
Potensi dana IPO yang bisa didapatkan KS bisa mencapai USD 200 jutaItu, kata Dandosi, harus digunakan untuk keperluan meningkatkan kapasitas produksi yang merupakan langkah terpenting perseroan saat ini
Pada 2011, KS menargetkan mampu meningkatkan kapasitas produksinya hingga 4-5 juta tonSaat ini, kapasitas produksi pabrik baja dengan luas lahan 2.700 hektare tersebut sebesar 2,5 juta tonTahun ini, KS menargetkan laba sebesar Rp 850 miliarPer April, KS yang tiap tahun membayar pajak dan dividen ke pemerintah sebesar Rp 1,4 triliun itu sudah meraup laba Rp 420 miliar(eri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Pertanyakan Tender Impor Pertamina


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler