jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Rosdiana Sijabat menilai kinerja pemerintah di bidang ekonomi pada masa pandemi penyakit virus corona 2019 (Covid-19) tidak terlalu buruk.
Menurut dia, perekonomian semua negara mengalami pelemahan akibat pandemi yang dipicu virus corona jenis baru itu.
BACA JUGA: Stafsus Presiden Jokowi Ini Yakin Banget Indonesia Bakal Terhindar dari Resesi
“Dalam kondisi di mana hampir semua negara mengalami pelemahan kinerja perekonomian, lalu kita bandingkan dengan pencapaian pemerintahan kita, maka kita juga harus fair mengatakan kinerja kita tidak terlalu buruk,” kata Rosdiana dalam diskusi bertema Evaluasi Perppu Corona dan Ancaman Resesi Ekonomi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/8).
Ia menjelaskan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua 2020 (II-2020) memang mengalami kontraksi negatif -5,32 persen. Namun, kata dia, hal itu masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain, paling tidak negeri tetangga.
BACA JUGA: Indonesia Terancam Resesi, Inilah Gambaran soal Peluang Lapangan Kerja
“Negara-negara lain di sekitar kita melaporkan kontraksi yang jauh lebih besar daripada kita,” ujarnya.
Rosdiana menambahkan, memang jurus pemerintah menangani dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia usaha maupun perbaikan daya beli masyarakat belum terlalu efektif. Namun, dosen Universitas Katolik Atma Jaya itu melihat pemerintah mampu mencegah kontraksi ekonomi tidak terlalu besar.
BACA JUGA: Minus 5 Persen
“Negara-negara di sekitar kita itu kontraksinya cukup besar, apalagi kalau kita agak luas ke benua lain itu cukup besar. Di ASEAN sendiri, negara yang agak lebih baik dari kita itu paling tidak Vietnam,” kata dia.
Peraih gelar PhD dari Flinderd University, Australia itu menilai pemerintah relatif berhasil dalam menjaga perekonomian pada kuartal II-2020 meski PDB tumbuh minus 5,32 persen. Oleh karena itu Rosdiana mendorong pemerintah menggenjot penyerapan anggaran pada kuartal III-2020.
“Kalau sekarang sekitar 21 persen itu kami memang kecewa karena yang kita hadapi ini kondisi tidak biasa. Kalau administrasi penyerapan PEN (Program Ekonomi Nasional, red) itu dilakukan dengan administrasi yang biasa, inilah yang terjadi,” jelasnya.
Dalam pandangan Rosdiana, Indonesia kehilangan momentum memanfaatkan nilai ekonomi dari dana PEN. Menurut dia, kalau penyerapan PEN pada Agustus atau jelang September bisa di atas 75 persen, publik bisa berharap kontraksi ekonomi kuartal III-2020 sampai nol persen.
“Namun, kalau dengan kondisi saat ini mungkin itu akan masih sulit diharapkan,” katanya.
Menurut dia, ada kemungkinan ancaman resesi terjadi. Sebab, secara teknis jika kinerja perekonomian terkontraksi dalam dua kuartal bertutur-turut, berarti sudah mengalami resesi.
Walakin, ada berbagai indikator lainnya untuk menyebut perekonomian mengalami resesi. “Namun, itu ada di depan mata,” kata dia.(boy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy