Tim investigasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan virus yang mirip dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ditemukan pada banyak hewan. Namun belum ditemukan bukti penularan langsung ke manusia. Tim investigasi WHO telah merampungkan penyelidikan mengenai asal-usul pandemi COVID-19 di Wuhan Tim yang didampingi panel pakar dari China tidak menemukan bukti penularan langsung dari hewan ke manusia Pemerintah Australia menyatakan tidak kaget dengan kesimpulan namun menunggu laporan tertulis dari WHO

 

BACA JUGA: Selamat! UEA Jadi Negara Arab Pertama yang Mencapai Mars

Tim WHO yang didampingi tim pakar dari China telah merampungkan penyelidikan mereka pekan ini mengenai asal-usul COVID-19 yang dipusatkan di Wuhan.

Dalam keterangan pers bersama hari Selasa (9/02/2021), tim ini mengumumkan telah mengumpulkan informasi baru, namun tidak banyak mengubah gambaran awal mengenai asal-usul pandemi ini.

BACA JUGA: Taiwan Ucapkan Selamat Imlek untuk China, Lalu Pesan Tegas

Pakar virus dalam tim WHO Peter Ben Embarek menjelaskan, upaya mengidentifikasi asal-usul virus corona mengarah ke kelelawar pembawa virus, namun kecil kemungkinan kelelawar ini berada di Wuhan.

Ketua panel COVID-19 China, Dr Liang Wannian, dalam kesempatan yang sama menjelaskan pihaknya yakin COVID-19 berasal dari penularan zoonosis, yaitu dari hewan ke manusia, yang kemudian berevolusi.

BACA JUGA: Xiao Qian Sampaikan Dukungan Penuh China untuk Indonesia

Namun Dr Liang menambahkan hewan pembawa virus tersebut hingga kini belum dapat diidentifikasi. External Link: asal-usul covid

  Bukan berasal dari kebocoran laboratorium di China

Gambaran awal asal-usul COVID-19 menyebutkan kelelawar dan trenggiling sebagai hewan yang kemungkinan besar menjadi pembawa virus corona karena faktor kesamaan urutan genetik yang tinggi.

Menurut Dr Liang, tim investigasi tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa virus corona dari kedua hewan ini memiliki hubungan langsung dengan COVID-19.

"Virus corona yang secara genetik terkait dengan SARS-CoV-2 telah diidentifikasi pada hewan yang berbeda termasuk kuda, kelelawar dan trenggiling," katanya.

"Namun pengambilan sampel kelelawar di Provinsi Hubei, gagal menemukan bukti SARS-CoV-2 pada virus asli. Pengambilan sampel satwa liar di berbagai tempat di China sejauh ini juga tak berhasil mengidentifikasi keberadaan SARS-CoV-2," jelasnya.

Menurut Peter Ben Embarek virus corona ini tidak berasal dari kebocoran laboratorium di China.

Dia mengatakan kemungkinan besar virus corona itu menular ke manusia melalui spesies perantara dan kelelawar merupakan sumbernya.

Sementara mengenai penularan virus melalui makanan beku, kata Peter, masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

China selama ini membantah kemungkinan kebocoran virus dari laboratorium mereka dan bahkan mengajukan teori yang tidak terbukti bahwa virus itu berasal dari tempat lain sebelum masuk ke Wuhan, misalnya melalui kemasan makanan beku impor. Photo: Marion Koopmans (kanan) dan Peter Ben Embarek (kiri) dalam jumpa pers hasil penyelidikan WHO mengenai asal-usul COVID-19 di Wuhan, Selasa (9/02/2021). (AP Photo: Ng Han Guan)

  Diperkirakan virus beredar lebih awal

Menurut Peter Embarek, tim WHO telah mengungkap informasi baru tetapi tidak mengubah gambaran mereka secara dramatis.

"Jalur yang mungkin dilalui dari hewan pembawa virus sampai ke pasar Huanan bisa memakan waktu yang sangat panjang dan berbelit-belit serta melibatkan pergerakan lintas perbatasan negara," katanya.

Ia menyebutkan upaya mengidentifikasi asal-usul virus corona menunjuk ke kelelawar sebagai hewan pembawa, tetapi kecil kemungkinannya hewan ini berada di Wuhan.

Tim WHO juga mencari sampel darah warga China yang dapat menunjukkan bahwa virus itu beredar lebih awal dari yang diperkirakan.

"Dalam upaya memahami gambaran mengenai awal penularan pada Desember 2019, kami melakukan pencarian yang sangat detail dan mendalam untuk kasus-kasus lain sebelumnya pada 2019," katanya.

"Dan kesimpulannya, kami tidak menemukan bukti adanya wabah besar yang mungkin terkait dengan COVID-19 sebelum Desember 2019 di Wuhan atau di tempat lainnya," jelas Peter Embarek lagi. Photo: Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt menyatakan pihaknya menunggu laporan tertulis WHO mengenai hasil penyelidikan asal-usul pandemi COVID-19. (ABC News: Matt Roberts)

  Australia ikut memberikan tanggapan soal penemuan sementara

Menanggapi temuan WHO, Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt menyatakan pihaknya tidak kaget dengan kesimpulan yang tidak meyakinkan tentang asal-usul COVID-19 di China.

Menkes Greg mengatakan penyelidikan WHO menyimpulkan virus ini kemungkinan besar berasal dari hewan.

"Saya kira tidak mengherankan bila tak ada kejutan dalam temuan hingga saat ini," katanya kepada ABC News.

"Saya senang karena teori tentang kebocoran laboratorium dan kesengajaan ulah manusia itu telah dikesampingkan," kata Menkes Greg Hunt seraya menambahkan pihaknya masih menunggu laporan tertulis dari WHO.

Kunjungan tim WHO ke Wuhan ini memerlukan waktu berbulan-bulan negosiasi, karena Pemerintah China baru menyetujuinya setelah mendapat tekanan internasional pada pertemuan Majelis Kesehatan Dunia bulan Mei 2020.

China sebelumnya dengan tegas menolak desakan untuk penyelidikan yang sepenuhnya independen.

Pemerintah China menutup rapat informasi tentang kemungkinan penyebab pandemi yang kini telah menginfeksi lebih dari 105 juta orang dan menewaskan lebih dari 2,2 juta orang di seluruh dunia.

Tim WHO terdiri atas 14 pakar kedokteran hewan, virologi, keamanan pangan dan epidemiologi.

Mereka menghabiskan waktu berminggu-minggu mengunjungi berbagai tempat termasuk Pasar Makanan Laut Huanan, Institut Virologi Wuhan dan berbagai rumah sakit yang merawat pasien COVID-19.

WHO menyatakan anggota tim dibatasi pada kunjungan yang diselenggarakan oleh Pemerintah China dan tidak diperkenankan melakukan kontak dengan warga masyarakat karena pertimbangan kesehatan.

Saat mengumumkan kunjungan WHO ini bulan lalu, juru bicara pemerintah China mengatakan, "Penelusuran asal-usul virus corona kemungkinan besar akan melibatkan banyak negara dan wilayah."

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim.

Ikuti informasi terkini soal pandemi di Australia melalui ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Produk Sayur dan Buah Australia Diprediksi Bakal Naik

Berita Terkait