jpnn.com, ANKARA - Penduduk Turki menentukan pilihan, Minggu (16/4). Mereka berdatangan ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih apakah mendukung referendum perubahan konstitusi atau tidak.
Sekitar 55 juta penduduk memiliki hak suara. Pemerintah Turki pun menyiapkan 167 ribu TPS. Sampai berita ini diturunkan, belum ada hasil penghitungan suara resmi.
BACA JUGA: Erdogan di Ambang Kediktatoran
Dalam sebuah konferensi pers di Ankara, ketua badan penyelenggara pemilu Turki Sadi Güven mengatakan bahwa hasil final baru bisa diketahui dalam waktu 11-12 hari lagi.
Namun, dalam kesempatan yang sama dia juga mengatakan bahwa saat ini suara yang mendukung perubahan konstitusi sudah tak mungkin terkejar lagi.
BACA JUGA: Tak Gentar, Amran Minta Stop Ekspor Sawit ke Eropa
Menurut dia, selisih antara yang memilih "Ya" dan "Tidak" mencapai 1,25 juta suara. Sedangkan suara yang belum dihitung tinggal 600 ribu lagi.
Jika benar rakyat Turki lebih memilih evet yang berarti "ya" dalam bahasa setempat, amandemen konstitusi yang digagas Presiden Recep Tayyip Erdogan bakal lolos. Konsekuensinya, tokoh Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) itu bakal memiliki kekuasaan yang sangat besar.
BACA JUGA: Hubungan Memanas, Turki Sebut Jerman Bermuka Dua
Selama ini kekuasaan ada di tangan parlemen dan urusan negara ditangani perdana menteri (PM). Jabatan presiden tidak terlalu memiliki kuasa.
Namun, dengan perubahan konstitusi yang diusulkannya, kekuasaan parlemen dikebiri. Sistem parlementer akan berubah menjadi presidensial. Erdogan mungkin bisa menjabat sebagai pemimpin negara hingga 2029.
Erdogan pun tak mau menunggu lama untuk mendeklarasikan kemenangan. Dia langsung menggelar konferensi pers menyatakan bahwa rakyat Turki sudah memilih amandemen konstitusi. Seperti Guven, Erdogan pun merujuk hasil penghitungan suara sementara.
Mantan wali kota Istanbul itu meminta dunia Internasional menghormati pilihan rakyat Turki. "Kami masih punya banyak tugas yang harus diselesaikan, ini saatnya ganti gigi dan melaju lebih kencang," ujar Erdogan dalam konferensi pers kemarin.
Sementara itu, The Guardian melaporkan bahwa partai oposisi terbesar Turki, Republican People (CHP) berencana menggugat hasil referendum. Mereka menuding ada lebih dari sepertiga kotak suara yang penghitungannya dimanupulasi. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Erdogan Tuding Belanda Nazi, Menlu Turki Kena Imbasnya
Redaktur & Reporter : Adil