Hasil Riset: Perokok Beralih ke Tembakau Alternatif Mengalami Peningkatan Kesehatan Gusi

Senin, 21 Oktober 2024 – 21:55 WIB
Ilustrasi pengguna vape. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Hasil riset menunjukkan para perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif mengalami peningkatan kualitas kesehatan gusi dan jaringan pendukung gigi.

Produk termbakau alternatif yang dimaksud yakni vape, produk tembakau yang dipanaskan, serta kantong nikotin.

BACA JUGA: Peneliti & Pakar Sepakat Cukai Rokok Perlu Dinaikkan Demi Tekan Jumlah Perokok

Riset yang dilakukan bertajuk Smile Study, kolaborasi antara Unpad dengan The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) Universitas Catania, Italia.

Demikian dipaparkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad) Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D.

BACA JUGA: Unpad Gelar Orasi Ilmiah: 80 Tahun Prof Romli Atmasasmita

Dia mengatakan produk tembakau alternatif seperti vape dan produk tembakau yang dipanaskan tetap mengalirkan nikotin dengan tidak melalui pembakaran atau combustion free nicotine delivery system.

"Tidak adanya hasil pembakaran seperti TAR dan zat-zat racun memungkinkan produk tersebut risikonya turun sekitar 90 persen," ujar Prof Amaliya pada podcast Hasil Riset dan Diseminasi Universitas Padjadjaran (HaRD Talk) dengan tema 'Kesehatan Gusi dan Jaringan Pendukung Gigi pada Perokok VS Pengguna Vape' di laman YouTube, Selasa (8/10).

BACA JUGA: Universitas Padjadjaran dan Universitas Catania Kaji Pengurangan Bahaya Tembakau Alternatif

Menurut Prof. Amaliya subjek penelitian Smile Study adalah perokok, pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari merokok dan non-perokok dalam rentang usia 18-45 tahun.

Riset diuji ke 15 peserta dalam sebuah eksperimen selama 18 bulan.

Tujuannya untuk membandingkan efek yang ditimbulkan terhadap rongga mulut pada masing-masing kelompok eksperimen.

Adapun variabel pertama dalam riset ini dilihat dari kesehatan gusi. Sebab, gusi perokok cenderung berwarna hitam akibat penyempitan pembuluh darah.

Kedua, akumulasi plak yang memperburuk kebersihan gigi. Plak adalah kumpulan bakteri yang menempel di permukaan gigi.

Ketiga, kadar antioksidan. Lalu yang keempat penanda kerusakan tulang.

Prof Amaliya menjelaskan orang yang merokok lebih rentan mengalami kerusakan tulang giginya.

Variabel kelima adalah penanda peradangan secara sistemik yang juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.
“Hal yang terakhir dari pewarnaan gigi. Kelihatan kalau orang yang merokok itu giginya hitam-hitam atau kuning-kuning. Dengan berpindah itu, gigi menjadi lebih bersih,” ucapnya.

Prof Amaliya juga mengatakan hasil riset menunjukkan produk tembakau alternatif mengurangi risiko berkaitan dengan rokok.
Pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari kebiasaannya, kadar penanda kerusakan tulang giginya menurun signifikan. Artinya, peradangan secara sistemik juga menurun.

"Pada pengguna vape, akumulasi plak di gigi pun menurun dibanding yang terus merokok. Giginya juga bersih, beda dengan orang merokok yang giginya hitam atau kuning. Selain itu, penanda penyakit jantung pada pengguna produk tembakau alternatif juga terlihat menurun sejak tiga bulan pertama eksperimen," katanya.

Antioksidan akan menurun bila tubuh terpapar radikal bebas. Prof Amaliya menyebutkan, rokok itu radikal bebasnya tinggi sehingga antioksidan pada perokok akan turun.

Sementara yang beralih ke produk tembakau alternatif, justru antioksidannya meningkat.

Dengan hasil yang ditunjukkan dari riset Smile Study, Prof. Amaliya menyampaikan bahwa yang terbaik bagi perokok adalah berhenti merokok.

“Namun, harus paham bahwa banyak perokok yang tidak bisa berhenti total, sehingga bisa diberikan opsi beralih dari kebiasaan merokok dengan produk tembakau alternatif," katanya.

Ke depannya, Prof. Amaliya berharap pemerintah dan pemangku kebijakan mempertimbangkan hasil penelitian dari dalam negeri dalam penyusunan kebijakan, terutama terkait pemanfaatan produk tembakau alternatif untuk mengurangi risiko merokok.

Selain untuk tujuan kesehatan masyarakat, hasil penelitian juga bisa digunakan buat merumuskan kebijakan yang berbasis fakta atau evidence-based policy.

"Produk tembakau alternatif tidak bisa disamakan dengan rokok, risikonya lebih rendah. Jadi, jangan diatur dalam satu keranjang bersama rokok karena risikonya sudah turun hampir 90%," ucap Prof Amaliya. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... APHRF 2024: Perokok Berhak Mengakses Produk Tembakau Alternatif yang Lebih Rendah Risiko


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler