Hasil Studi: Vaksin Moderna 4 Kali Lebih Berisiko dari Pfizer

Jumat, 17 Desember 2021 – 21:58 WIB
Vaksin COVID-19 buatan Moderna. Foto: Reuters

jpnn.com, KOPENHAGEN - Vaksin COVID-19 Moderna sampai empat kali lipat lebih mungkin menyebabkan peradangan otot jantung, efek samping sangat langka, ketimbang vaksin Pfizer-BioNTech, menurut studi Denmark yang dipublikasi di Jurnal Medis Inggris pada Kamis (16/12).

Studi yang melibatkan hampir 85 persen warga Denmark atau 4,9 juta orang berusia 12 tahun ke atas itu menyelidiki kaitan antara vaksin COVID-19 berbasis mRNA dan peradangan jantung yang juga dikenal sebagai miokarditis atau mioperikarditis.

BACA JUGA: Sejumlah Negara Menghentikan Penggunaan Vaksin Moderna, Kemenkes Bilang Begini

Studi sebelumnya di Israel dan AS mengindikasikan peningkatan risiko peradangan jantung pascavaksinasi dengan vaksin mRNA yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan Moderna.

"Vaksinasi dengan mRNA-1273 (vaksin Moderna) dikaitkan dengan risiko peningkatan miokarditis atau mioperikarditis yang signifikan pada penduduk Denmark," tulis studi tersebut.

BACA JUGA: 819.600 Vaksin Moderna Merapat, Ternyata dari Negara Ini

Akan tetapi, risiko keseluruhan untuk mengalami peradangan jantung dari vaksin yang berbasis teknologi mRNA kecil, menurut studi yang dilakukan peneliti Statens Serum Institute Denmark.

"Secara umum tingkat miokarditis atau mioperikarditis sekitar tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi untuk vaksinasi mRNA-1273 (Moderna) ketimbang vaksinasi BNT162b2 (Pfizer-BioNTech)," kata studi tersebut.

BACA JUGA: Peringatan Otoritas Prancis soal Vaksin Moderna, Usia 30 Tahun ke Bawah Harus Baca

Peneliti hanya menemukan 1 kasus per 71.400 penerima vaksin Pfizer-BioNTech dan 1 kasus per 23.800 penerima vaksin Moderna. Sebagian besar kasus mengalami gejala ringan, katanya.

Vaksin Pfizer-BioNTech hanya dikaitkan dengan risiko peradangan jantung yang lebih tinggi di kalangan perempuan, menurut studi itu. Hal tersebut bertentangan dengan hasil studi Israel dan AS.

Para peneliti mengatakan perbedaan itu dapat dijelaskan oleh usia rata-rata populasi yang divaksin, interval antara dosis pertama dan kedua atau karena lebih sedikit warga Denmark yang terbukti positif COVID-19.

"Temuan-temuan kami secara umum tidak mengabaikan banyaknya manfaat yang diperoleh dari vaksinasi," kata penulis studi Anders Hviid lewat pernyataan.

"Yang harus diingat bahwa alternatif dari terinfeksi COVID-19 mungkin juga melibatkan risiko peradangan pada otot jantung," katanya. (ant/dil/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler