Hasil Survei: Elektabilitas Ahok Merosot

Selasa, 24 Mei 2016 – 12:42 WIB
Ahok. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Veri Muhlis Ariefuzzaman menilai, sejumlah aksi penggusuran berpengaruh besar terhadap elektabilitas Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

Akibatnya, tingkat kesukaan masyarakat terhadap pria yang rencananya maju kembali dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 itu terus mengalami penurunan, beberapa waktu belakangan ini. 

BACA JUGA: Lima Daerah Belum Tanda Tangan NPHD

Di sisi lain, lanjut Veri, Yusril Ihza Mahendra justru mengalami peningkatan signifikan dari segi elektabilitas. Kondisi demikian diprediksi akan terus terjadi, mengingat terdapat sejumlah kasus yang tengah mendera Ahok. 

Seperti dugaan korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, hingga korupsi proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta.

BACA JUGA: DPR: Revisi UU Pilkada Harus Rampung Pekan Ini

"Kasus Sumber Waras dan reklamasi yang diduga melibatkan petahana, saat ini masih bergulir di KPK. Kondisi ini menyebabkan elektabilitas yang bersangkutan terus menurun," ujar Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Veri Muhlis Ariefuzzaman kepada INDOPOS (Jawa Pos Group).

Veri mengungkapkan, dalam survey Konsepindo pada April-Mei 2016, tanda-tanda penurunan elektabilitas incumbent sudah terlihat. 

BACA JUGA: Dana tak Sesuai Permintaan, Pilkada Terancam Ditunda

Terpuruknya tingkat keterpilihan Ahok terpengaruh atas pemberitaan media yang menyorot kasus-kasus korupsi diduga melibatkan gubernur DKI itu. Termasuk kebijakan dalam menggusur sejumlah permukiman penduduk miskin.

Dinamika pilihan politik warga DKI Jakarta dipengaruhi cukup signifikan oleh respon publik Jakarta terhadap pemberitaan media yang berkembang selama sebulan terakhir.

"Terdapat kecenderungan penurunan signifikan perolehan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama  (51%-39%) dalam sebulan terakhir, berbanding terbalik dengan YIM (Yusril Ihza Mahendra), Risma dan Sandiaga," papar Veri.

Dalam survei ini, populasinya adalah seluruh warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan di Propinsi DKI Jakarta. 

Jumlah sampel 620 responden, margin of error sebesar 4% pada tingkat kepercayaan 95%. Quality control secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Waktu wawancara lapangan dan spotcheck 24 April - 4 Mei 2016.

Hasilnya adalah untuk pertanyaan Popularitas Kandidat terhadap 22 nama yang ditanyakan kepada responden secara tertutup diperoleh umumnya telah dikenal publik Jakarta di atas 7%-94%, dengan tingkat kesukaan sebesar 5%-63%.

Untuk elektabilitas calon diperoleh melalui dua kategori pertanyaan, yaitu terbuka (top of mind) dan pertanyaan tertutup (simulasi beberapa calon terpilih). Pada pertanyaan terbuka diperoleh sejumlah 16 nama calon, secara berurutan Basuki Tjahaja Purnama (27,9%), Yusril Ihza Mahendra (14,35%), Sandiaga Salahudin Uno (2,23%), Adhyaksa Dault (1,29%).

Sementara untuk elektabilitas kandidat menggunakan simulasi 14 nama, hasilnyaBasuki Tjahaja Purnama (38,9%),  Yusril Ihza Mahendra (24,7%), Tri Rismaharini (5,2%), Sandiaga Salahudin Uno (3,39%), Adhyaksa Dault (1,6%).

Terdapat perubahan urutan keterpilihan dari Sandiaga Uno (3 ke 4) dan Risma (dari 7 ke 3), sementara Basuki Tjahaja Purnama dan Yusril Ihza Mahendra tetap pada posisi urutan keterpilihan 1 dan 2. Bedanya pada selisih keterpilihan antara Basuki Tjahaja Purnama dan Yusril Ihza Mahendra dengan Sandiaga Uno dan Risma yang terpaut jauh. 

Demikian pula dengan simulasi 10 nama diperoleh urutan dan dukungan politik terhadap kandidat yang semakin mengerucut pada empat nama yaitu Basuki Tjahaja Purnama, Yusril Ihza Mahendra, Tri Rismaharini dan Sandiaga Uno.

Jika merujuk hasil riset Populi Center pada awal April 2016, kata Veri, maka hasil riset ini menjadi temuan terbaru terkait dinamika perubahan pilihan politik warga DKI Jakarta dalam kurun sebulan terakhir (April-Mei 2016). 

Bandingkan misalnya pada bulan April 2016 Populi Center merilis elektabilitas top of mind dari Basuki Tjahaja Purnama sebesar 50,8%, sementara bulan Mei 2016 Konsep Indonesia mendapatkan data penurunan signifikan perolehan dukungan elektabilitas pemilih menjadi 27,9% (terbuka) dan 38,9% (simulasi 14 Nama).

"Di antara para kandidat yang paling mendekati peluang bersaing dengan Basuki Tjahaja Purnama adalah Yusril Ihza Mahendra dengan selisih 14-18%, sementara Risma dengan selisih kisaran 22-32%," tuturnya.

Menanggapi hal itu, Pengamat Kebijakan Publik Sugiyanto menilai, terpuruknya elektabilitas Ahok disebabkan oleh ulahnya sendiri. Sebab mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat kecil. 

"Seperti reklamasi, itu kan tidak pro rakyat kecil, tapi pro pengembang. Kebijakan inilah yang menjadikan Ahok terpuruk," pungkas dia.  (wok)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra DKI Tegaskan Belum Ada Keputusan Final Soal Calon Gubernur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler