Hasil Survei GSM soal PJJ Selama Pandemi COVID-19, Sungguh Mencemaskan!

Rabu, 11 Agustus 2021 – 18:30 WIB
Pengamat dan praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal menjelaskan hasil survei tentang PJJ di masa pandemi COVID-19. Foto: tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal menyampaikan hasil survei tentang dampak pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama satu tahun di masa pandemi COVID-19.

Survei yang dilakukan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini dilakukan terhadap 1.263 siswa dengan sebaran 553 siswa SD, 445 siswa SMP, dan 265 siswa SMA/SMK/MA.

BACA JUGA: Bagi-bagi Sembako Jokowi di Grogol Berujung Kerumunan, PA 212 Bereaksi Keras

"Hasil survei menunjukkan, emosi yang paling banyak dirasakan siswa saat PJJ pada masing-masing jenjang adalah emosi negatif dibandingkan positif dan netral," kata Nur Rizal yang juga founder GSM dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/8).

Dijelaskannya, emosi negatif menduduki peringkat pertama hal yang dirasakan terhadap tugas-tugas dari guru selama PJJ. Makin tinggi jenjang pendidikan, gap antara emosi positif dan negatif makin lebar.

BACA JUGA: Reni Menyampaikan Kabar Gembira untuk Warga Surabaya, Alhamdulillah

Tugas yang disampaikan guru, lanjut Nur Rizal, dirasakan siswa bukan meningkatkan kompetensi belajar. Namun dianggap sebagai beban.

Hal ini mengakibatkan anak merasa tidak senang dengan belajar. Merasa tidak ada keinginan belajar dan tidak produktif dalam belajar. Padahal makin dewasa, kebutuhan kemandirian dan otonomi belajar makin tinggi.

BACA JUGA: Para Pimpinan Forum Honorer K2 Menyampaikan Kabar Gembira, Semua Bersukacita, Alhamdulillah

"Hal ini berdampak pada penurunan kecerdasan dalam membangun peradaban yang makin berdampak ke learning loss," terang dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Hasil survei GSM juga menyebutkan, kesulitan belajar menempati posisi tertinggi pada jenjang SD, SMP, SMA/SMK/MA, baru disusul oleh permasalahan jaringan dan perasaan demotivasi.

Sayangnya kata Nur Rizal, pemerintah belum fokus menangani masalah kesulitan belajar dan demotivasi sebagai permasalahan mendasar di pendidikan sejak sebelum pandemi COVID-19.

"Selama ini pemerintah terlalu fokus pada penyelesaian masalah jaringan," ucapnya.

"Survei membuktikan makin dewasa jenjang pendidikan siswa, makin merasa tidak berguna proses belajar PJJ karena merasa tidak produktif dan tidak mendapatkan keterampilan serta pengetahuan baru," imbuhnya.

Survei tersebut, tambah Nur Rizal, menunjukkan bahwa learning loss makin menganga. Bukan karena rendahnya akses terhadap proses belajar. Namun, lebih pada proses belajar itu sendiri tidak berkualitas.

"Jadi ada double learning loss," tandasnya. (esy/jpnn)

 

 

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler