Hasil Survei, PDIP dan PSI Bakal Kuasai DKI Jakarta

Jumat, 16 April 2021 – 15:03 WIB
Hasil survei Jakarta Research Center (JRC) terkait elektabilitas partai politik. ANTARA/HO-Jakarta Research Center

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga Jakarta Research Center (JRC) menyampaikan hasil survei terbaru, Jumat (16/4).

Dalam survei itu, JRC menemukan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bakal menguasai DKI Jakarta pada pemilihan anggota legislatif nanti.

BACA JUGA: Kritik Pembangunan Tugu Sepeda, Fraksi PDIP: Kalau Kerja Tidak Menggunakan Perencanaan, Ya Begitu

Setelah PDIP dan PSI, di posisi berikutnya ada Partai Golongan Karya (Golkar).

"PDIP dan PSI diprediksi bakal menguasai DKI Jakarta dalam pemilihan anggota legislatif, diikuti oleh Golkar yang masuk dalam peringkat tiga besar," kata Direktur Komunikasi JRC Alfian P dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (16/4).

BACA JUGA: Survei SMRC Bikin PSI Makin Optimistis Menatap 2024


Survei JRC dilakukan pada 1-10 April 2021 secara tatap muka kepada 800 responden mewakili seluruh wilayah di DKI Jakarta.

Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 3,4 persen, dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

BACA JUGA: KPK Sambangi Markas PDIP, Suasana Hangat, Ada Kesepakatan

Alfian menjelaskan elektabilitas PDIP pada survei ini mencapai 20,09 persen, tidak jauh berbeda dari hasil Pileg 2019 yaitu 22,6 persen.

Sementara itu, peringkat tiga besar yang semula dikuasai Gerindra dan PKS bergeser, digantikan oleh PSI dan Golkar.

PSI yang sebelumnya meraih 6,8 persen suara dalam Pileg 2019 melonjak menjadi 15,4 persen dan menduduki urutan kedua.

“Golkar dari 5,1 persen naik menjadi 8,3 persen, memantapkan diri dalam jajaran tiga besar," ucap Alfian.

Pada urutan berikutnya adalah PKS yang anjlok dari 15,5 persen pada Pileg 2019 menjadi 7,6 persen.

Sebaliknya, Demokrat mengalami kenaikan dari 5,2 persen menjadi 7,1 persen. Gerindra juga jeblok dari 15,8 persen menjadi hanya 5,6 persen.

Menurut Alfian, meskipun PDIP unggul tetapi partai besutan Megawati Soekarnoputri itu cenderung mengalami stagnasi, sementara PSI berhasil meningkatkan elektabilitasnya lebih dari dua kali lipat perolehan hasil Pemilu 2019.

"Jika terus meningkat, maka PSI bisa menyalip dan menjadi parpol terbesar di DKI Jakarta," ujar Alfian.

Sikap kritis wakil rakyat dari PSI di DPRD DKI Jakarta selama ini berkontribusi terhadap kenaikan elektabilitas parpol tersebut, seperti isu banjir, rumah DP 0 persen, dan transparansi anggaran. Sementara pemilih Jakarta cenderung rasional dan sangat melek informasi.

Sementara dua parpol utama pengusung Anies, yaitu Gerindra dan PKS justru rontok. "Kinerja Anies yang tidak menunjukkan prestasi signifikan turut memberi disinsentif bagi parpol-parpol pengusungnya," ujar Alfian.

Parpol lainnya adalah NasDem (6,4 persen menjadi 4,1 persen), PKB (5,2 persen menjadi 2,9 persen), parpol baru Ummat (2,1 persen), PAN (6,5 persen turun menjadi 1,9 persen), dan PPP (3,0 persen menjadi 1,4 persen).

"Partai Ummat bisa menjadi ancaman PAN seiring keluarnya Amien Rais," kata Alfian.

Sisanya parpol-parpol kecil yaitu Perindo (2,8 persen menjadi 0,9 persen), Berkarya (2,0 persen menjadi 0,6 persen), Hanura (1,7 persen menjadi 0,3 persen), dan parpol baru Gelora (0,1 persen).

"Sisanya PBB, PKPI, dan Garuda tidak mendapat dukungan, dan 20,8 persen tidak tahu/tidak jawab," papar Alfian. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler