jpnn.com, WASHINGTON - Pew Research Center merilis hasil risetnya tentang pandangan 24 negara atas politik luar negeri dan investasi China atau Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Lembaga penelitian yang bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat (AS), itu mencatat mayoritas negara yang disurvei memandang negatif kebijakan luar negeri China.
BACA JUGA: Menlu Tiongkok Sempat Misterius, Lalu Dicopot, karena Spionase atau Perselingkuhan?
“Pandangan tentang China secara umum negatif di 24 negara,” bunyi laporan Pew melalui lamannya, Kamis (27/7).
Angka rerata dari survei Pew di 24 negara memperlihatkan mayoritas orang dewasa (67 persen) memiliki pandangan tidak baik atas negeri pimpinan Xi Jingping itu. Hanya 28 persen responden yang memandang negeri komunis itu secara positif.
BACA JUGA: Peringatan Xi Jinping untuk Amerika: Tak Ada yang Boleh Memaksa China
Pew mencatat pandangan negatif itu meluas pada aksi internasional Tiongkok. Meski Tiongkok sudah melakukan diplomasi tingkat atas dalam mendamaikan Iran dan Arab Saudi maupun menyodorkan proposal perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina, mayoritas responden tetap memandang Negeti Tirai Bambu itu secara miring.
“Rata-rata 71 persen (responden) berpikir China tidak berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas global,” imbuh laporan Pew.
BACA JUGA: Jokowi Temui Presiden China, Lihat Siapa Menteri di Sampingnya
Sebagian besar atau 76 persen responden survei itu juga menganggap China menjalankan politik luar negerinya tanpa memperhitungkan kepentingan negara lain.
Adapun 57 persen responden menilai China mencampuri negara lain dalam skala besar ataupun wajar.
Di Kanada, Prancis, Israel, Spanyol, dan Swedia, sekitar setengah atau lebih dari total responden menyatakan Tiongkok tidak mempertimbangkan kepentingan mereka sama sekali.
Hanya tiga negara Afrika di sub-Sahara dan Indonesia saja yang menunjukkan setengah atau lebih warganya merasa diperhatikan oleh Tiongkok.
Selain itu, warga di negara berpenghasilan menengah mengakui manfaat ekonomi dari hubungan mereka dengan China.
Enam dari delapan negara berpenghasilan menengah yang disurvei Pew menyatakan perekonomian mereka memperoleh manfaat cukup banyak dari investasi Tiongok. Pengakuan akan hal itu begitu menonjol di Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan.
Hal yang menarik dari survei Pew ialah citra tentang Tiongkok sebagai superpower di bidang ekonomi ternyata justru lebih kuat di negara-negara berpendapatan tinggi ketimbang negara berpenghasilan menengah.
Hasil riset Pew itu juga memperlihatkan pengakuan dari negara-negara yang disurvei atas capaian Tiongkok di bidang teknologi. Sekitar 54 persen responden juga menilai militer Tiongkok sebagai yang terbaik di dunia.
Bagaimana dengan tingkat kepercayaan dari 24 negara itu terhadap Presiden Tiongkok Xi Jinping?
Hanya sedikit negara yang percaya kepada kepemimpinan sekretaris umum Partai Komunis Tiongkok itu.
Secara umum, separuh lebih dari total responden survei di AS, Kanada, Eropa Barat, Jepang, Korsel, Meksiko, Israel, India, bahkan Argentina, Brasil, dan Meksiko, mengaku tidak percaya terhadap Xi Jinping.
Kepercayaan terhadap kepemimpinan Jinping tampak menonjol di Indonesia, Kenya, Nigeria, dan Afrika Selatan.
“Keyakinan terhadap Xi terkait erat dengan pandangan China secara lebih luas. Di setiap negara yang disurvei, orang-orang dengan pandangan yang tidak baik tentang China cenderung kurang percaya kepada presiden China,” bunyi laporen Pew.
Survei Pew itu dilakukan pada 20 Februari hingga 22 Mei 2023 terhadap 30.861 orang dewasa di 24 negara.
Ke-24 negara yang menjadi objek survei itu ialah Afrika Selatan, Amerika Serikat (AS), Argentina, Australia, Belanda, Brasil, Hungaria, India, Indonesia, Inggris, Israel, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, Nigeria, Prancis, Polandia, Spanyol, Swedia, dan Yunani.
Dalam survei itu, Indonesia bersama Afrika Selatan, Argentina, Brasil, India, Kenya, Nigeria, dan Meksiko dimasukkan dalam kategori negara berpenghasilan menengah.(Pew/Straits Times/JPNN.com)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IMF: Ekonomi Tiongkok Jauh di Depan Lainnya
Redaktur : Antoni
Reporter : Tim Redaksi