jpnn.com, SUMATERA BARAT - Pengamat politik Arifki Chaniago mempertanyakan tiga alasan peneliti ABC Riset & Consulting (Arah Baru Center) Erizal, yang meragukan hasil survei Poltracking terkait Pilgub Sumbar 2020.
Keraguan Erizal terhadap hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking Indonesia dinilai berlebihan dan terlalu mengada-ngada, serta tanpa kajian ilmiah yang jelas sebagai pembanding.
BACA JUGA: Pasangan Mulyadi-Ali Mukhni Unggul dalam Survei Poltracking Indonesia
"Pertama, Erizal meragukan 3,7 persen masyarakat Sumbar yang belum mempunyai pilihan. Padahal semua mengetahui jika kampanye tinggal 1 bulan lagi. Semua Paslon dan timnya dipastikan sudah bergerak ke seluruh pelosok daerah mengenai terkait Pilkada 2020 ini," serunya.
Kedua, Erizal meragukan elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni dan hanya memperkirakan di kisaran 30 persen, yang menurutnya hanya hasil dugaan semata.
BACA JUGA: Usai Jalani Rukiah Hewan-hewan Aneh Muncul di Rumah Indadari, dari Lalat Hingga Kelabang
Ketiga, mengenai popularitas Nasrul Abit yang tinggi dan tidak sebanding dengan elektabilitasnya yang rendah.
"Masyarakat lebih tahu dan merasakan apa yang telah dilakukan oleh Nasrul Abit sejauh ini selama menjadi Wagub Sumbar. Jadi wajar kalau masyarakat tidak mau lagi menjadikan Nasrul Abit sebagai pemimpin mereka," ucap Arifki
BACA JUGA: Ada Tekanan dalam Kasus Jerinx SID? dr Tirta Bilang Begini
Langkah Erizal yang juga mempertanyakan hasil lembaga survei lainnya juga dinilai tidak elok dalam politik. Terlebih kata Arifki, posisi Erizal sebagai politisi seharusnya fokus saja agar kandidat yang diusung oleh partainya menang.
"Biar soal survei dan analisis tentang politik di Sumatera Barat diserahkan kepada pihak yang tidak bagian dari pengurus parpol," tandas Arifki.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy