Hasto Sebut Sejarah Membuktikan Pak SBY Menzalimi Diri Sendiri demi Politik Pencitraan

Kamis, 18 Februari 2021 – 22:01 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Foto: arsip JPNN.COM/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA -  Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menanggapi pernyataan mantan  Marzuki Alie tentang Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY pernah menyebut Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali.

Sebelumnya Marzuki yang juga mantan sekretaris jenderal Partai Demokrat (PD) menyatakan bahwa SBY menyebut Megawati kecolongan dua kali karena mantan Menko Polhukam itu maju sebagai calon presiden dan menggandeng Jusuf Kalla pada Pilpres 2004.

BACA JUGA: Pengakuan Marzuki Alie Mentahkan Anggapan Megawati Menzalimi SBY

Menurut Hasto, pengakuan Marzuki itu mengingatkannya pada istrilah 'satyameva jayate' dalam bahasa Sanskerta yang artinya kebenaranlah yang akan berjaya.

"Kebijaksanaan ini mungkin sama dengan kebijaksanaan masyarakat Indonesia yang selalu percaya kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan pernyataan seperti 'Tangan Tuhan Bekerja', bahkan lewat cara yang kadang tak disangka manusia itu sendiri,” kata Hasto dalam keterangannya.

BACA JUGA: Pinangan Ditolak, RA Sebar Video dan Foto Asusila Sang Mantan

Menurut Hasto, mungkin itu pula yang kini dirasakan masyarakat Indonesia ketika Marzuki mengisahkan pernyataan SBY tentang Megawati kecolongan dua kali.

Pada 2004, SBY memutuskan maju di pilpres setelah PD lolos ambang batas pemilu legislatif. Saat itu SBY menggandeng JK yang juga Menko Kesra.

BACA JUGA: Kombes Erdi Chaniago Soal Penangkapan Kapolsek yang Pesta Narkoba Bareng 11 Anggotanya

Hasto mengatakan, saat itu narasi yang muncul di publik menempatkan Megawati menzalimi SBY. Faktanya, kata Hasto, kini terungkap bahwa justru SBY yang menzalimi diri sendiri.

“Dalam politik kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan Marzuki Alie tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY,” kata Hasto.

Hasto menambahkan, pengakuan Marzuki membuktikan bahwa SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri. Oleh karena itu Hasto meyakini rakyat Indonesia sudah bisa menilai fakta yang ada. 

"Ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan,” kata Hasto.

Kejadian ini, lanjut Hasto, membuat dirinya teringat sebuah kisah yang disampaikan oleh almarhum Cornelis Lay. Sebelum SBY ditetapkan sebagai Menko Polhukam di Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati, ada elite politik mempertanyakan langkah putri Bung Karno tersebut.

Menyitat kesaksian Cornelis Lay, Hasto mengungkapkan bahwa saat itu ada yang mengungkit soal SBY sebagai menantu Sarwo Edhie Wibowo. Sosok Sarwo disebut sebagai tentara yang berseberangan dengan Bung Karno.

Selain itu, SBY merupakan Kasdam Jaya ketika terjadi penyerbuan ke kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996. Peristiwa berdarah itu lantas dikenal sebagai Kudatuli.

Namun, Megawati justru bersikukuh dan menyebut keputusannya memilih SBY sebagai Menko Polhukam demi mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan.

“Saat itu, Ibu Megawati lalu mengatakan, 'saya mengangkat Pak SBY sebagai Menko Polhukam bukan karena menantu Pak Sarwo Edhie. Saya mengangkat dia karena dia adalah TNI, Tentara Nasional Indonesia. Ada 'Indonesia' dalam TNI, sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa,” ucap Hasto menirukan cerita Cornelis. 

Hasto menambahkan, Megawati merupakan fogur yang meyakini Indonesia harus melihat ke depan ketimbang selalu mengungkit persoalan masa lalu. Oleh karena itu, Megawati juga melarang kader-kader PDIP menghujat Presiden Ketiga RII Soeharto.

"Saya tidak ingin bangsa Indonesia punya sejarah kelam, memuja presiden ketika berkuasa, dan menghujatnya ketika tidak berkuasa," sambung Hasto lagi-lagi mengutip nasihat Megawati kepada Cornelis Lay.

Selain itu Hasto juga menyinggung soal Blok Cepu diserahkan ke asing tak berselang lama setelah SBY berkuasa.

“Dengan pernyataan Pak Marzuki itu saya juga menjadi paham mengapa Blok Cepu yang merupakan wilayah kerja Pertamina, lalu diberikan kepada ExxonMobil. Nah kalau terhadap hal ini, rakyat dan bangsa Indonesia yang kecolongan,” ucap Hasto.

Sekadar diketahui, Marzuki Alie bercerita dalam  kanal Akbar Faizal Uncensored di YouTube. Marzuki menguak kisah lama antara SBY dan Megawati.

BACA JUGA: Garap Anak di Bawah Umur Secara Bergilir, Tiga Pemuda Sontoloyo Ini Akhirnya Ditangkap

Marzuki menuturkan, dirinya bertemu SBY sesaat setelah Pemilihan Legislatif 2004 di Hotel Sheraton Bandara. Menurut Marzuki, saat itu SBY menyebut Megawati kecolongan dua kali.(dkk/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler