Hasto: Politikus Harus Belajar dari Kebudayaan agar Tidak Hina Ulama

Sabtu, 09 Februari 2019 – 22:57 WIB
Sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) Nusantara Hasto Kristiyanto dalam Rapat Kerja Agung 2019 di Yogyakarta, Sabtu (9/2). Foto: Senapati Nusantara

jpnn.com, JOGJA - Sekretaris Jenderal Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) Nusantara Hasto Kristiyanto mengimbau para politikus untuk belajar dari kebudayaan Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai peradaban.

"Karena kebudayaan itu tidak bisa disalahgunakan. Puisi bisa disalahgunakan untuk menghina ulama. Kami di Senapati Nusantara tidak ingin seperti itu,” kata Hasto dalam Rapat Kerja Agung 2019 di Yogyakarta, Sabtu (9/2).

BACA JUGA: Ketua MUI Sukabumi Kecam Pernyataan Fadli Zon

Hasto seolah ingin menyindir Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang beberapa waktu terakhir mendapat kecaman setelah dianggap menghina ulama kondang KH Maimoen Zubair menggunakan puisi.

Menurut sekjen PDI Perjuangan itu, poltikus seharusnya berbicara dan berperilaku yang baik.

BACA JUGA: Ketua MUI Sukabumi Kecam Fadli Zon

Hasto menambahkan, rapat agung itu digelar untuk melakukan evaluasi serta perencanaan kegiatan para pelestari tosan aji nasional.

"Ini bukan sekadar seni dalam logam. Di dalamnya juga mengandung nilai-nilai luhur, esensi kebudayaan manusia Indonesia," kata Hasto.

BACA JUGA: Peringati Hari Pers, PDIP Dorong Pembatalan Remisi Susrama

Rapat kerja agung yang dibuka pada Rabu (8/2) itu diawali dengan pameran masterpiece keris nusantara dan bursa tosan aji nasional di Hotel Rosin, Yogyakarta.

Ribuan tosan aji dipamerkan maupun diperjualbelikan di arena itu. Isu lain yang mengemuka dalam acara itu ialah mengenai usulan agar pemerintah segera menetapkan Hari Keris Nasional.

Usulan itu mengemuka setelah Uniesco menyatakan bahwa keris merupakan warisan dunia.

Hasto mengaku terus berkomunikasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Sekretaris Negara soal penetapan Hari Keris Nasional itu.

"Kami yakin ini bisa segera ditetapkan karena kita tahu benar bagaimana perhatian Presiden Jokowi terhadap kebudayaan," kata Hasto.

Dia meyakini Jokowi akan seperti mantan Presiden Soekarno yang melakukan diplomasi ke AS dan Eropa pada 1957.

Saat itu, Bung Karno, sapaan karib Soekarno, membawa para seniman ke AS dan Eropa.

Di antaranya, Bagong Kussudiardja, para pesilat, dan tosan aji nasional.

"Jadi kami yakin bahwa perhatian terhadap kebudayaan dari Pak Jokowi pasti besar," imbuh Hasto. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Antara Hasto, Si Metallica dan RUU Permusikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler