Hati-Hati, Jangan Sepelekan Peradangan Mata

Sabtu, 30 Juli 2016 – 10:00 WIB
Pemeriksaan radang mata. Foto: Jawa Pos/JPG

SURABAYA – Jangan anggap remeh jika mengalami sakit mata. Harus segera ke dokter, seperti yang dilakukan Jihan Putri Permata. Gadis 15 tahun itu ingat betul semua momen pada 24 April 2016. Waktu itu pukul 15.00. Dia baru bangun dari tidur siang. Saat membuka mata, Jihan kaget bukan kepalang. Sebab, pandangannya mendadak kabur. Lima menit kemudian, semua yang ada di depannya menjadi gelap gulita.

"Awalnya enggak percaya, ini beneran atau enggak. Cuma bisa nangis," ucapnya ketika menjalani pemeriksaan mata di RS Siloam Surabaya kemarin (29/7).

Saat kejadian, Jihan yang memiliki riwayat asma juga langsung sesak napas. Berkali-kali dia mencoba buka-tutup mata. Tapi, dunianya berubah gelap. Siswi SMP Al Muslim Sidoarjo itu sempat berjalan ke arah sang mama. Ibundanya, Deasy Permatasari, langsung membawa Jihan ke RS Mata Undaan.

Dokter menyarankan dilakukan tindakan magnetic resonance imaging (MRI). Mereka khawatir ada tumor. Pada hari kelima sejak Jihan kehilangan penglihatan, mulai ketahuan bahwa dua matanya terserang radang.

Jihan lantas dirujuk ke Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Jawa Timur. Namun, dokter RSMM langsung merujuk ke RS Siloam.

BACA JUGA: Akom Klaim PKS Ikhlas Kursi Ketua MKD Direbut Gerindra

"Berhari-hari itu drop. Tapi, keluarga kasih semangat. Saya percaya bakal sembuh," kata Jihan.

Berdasar diagnosis dokter, saraf mata Jihan mengalami peradangan. Nama kasusnya optic neuritis. Kasus tersebut jarang terjadi. Jika tidak ditangani dengan tepat, bisa terjadi kebutaan permanen. Karena itu, penting membawa pasien kepada dokter secepatnya.

Untuk kasus Jihan, gejalanya dirasakan sepekan sebelum dia kehilangan penglihatan. Ketika itu, Jihan merasa tubuhnya lemas. Matanya seperti mengantuk terus. Selama dua hari, setiap bangun tidur pandangannya buram.

Pandangannya baru kembali normal setelah mencuci muka. Namun, sepekan setelah gejala tersebut muncul, kebutaan mendadak menyerang.

Sejak sakit, Jihan mengonsumsi obat setiap hari. Mulai yang oral sampai disuntikkan langsung ke mata. Rasanya sakit, tapi terus dijalani. Jihan juga jarang tidur.

BACA JUGA: Kembalinya GBHN Tergantung Dukungan Parpol

Deasy selalu mengajaknya salat malam sambil mengaji. Mereka memohon kesembuhan. Total, dibutuhkan waktu dua bulan sampai Jihan bisa melihat lagi. Pada 8 Juni lalu, mata Jihan dapat melihat lagi. Itu terjadi sekitar pukul 01.00.

"Waktu itu belum tidur. Habis ngaji tiba-tiba bisa melihat. Awalnya masih 1-2 meter, lama-lama normal," ucapnya.

Namun, yang berfungsi normal baru mata kanan. Mata kirinya hanya bisa melihat dengan jarak pandang terbatas. "Enggak ada warnanya. Ukurannya belum sesuai, masih kecil kayak lidi," katanya.

Sejak matanya sakit, Jihan tidak masuk sekolah. Hingga kini, hampir tiga bulan, dia tidak masuk sekolah. Setiap hari temannya bergantian menjenguk.

BACA JUGA: Jokowi Setujui Pengunduran Diri Nurhadi

Bahkan, siswa kelas lain yang tidak mengenalnya pun datang ke rumahnya di kawasan Pondok Candra. Sehari bisa sampai 50 orang.

"Bersyukur sekarang bisa melihat lagi. Sekarang saya jadi tahu betapa pentingnya mata," katanya.

Selama anaknya sakit, Deasy membantu melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, mandi dan ganti baju. "Saya mesti kuat, saya enggak mau nangis di depan dia," terang Deasy.

Hingga kini Jihan masih menjalani pengobatan di rumah sakit. Terapi harus dijalani sampai kedua matanya benar-benar normal. Spesialis mata Prof dr Diany Yogiantoro Soebadi SpM (K) mengungkapkan, kasus peradangan saraf mata yang mengakibatkan kebutaan jarang terjadi. Kasusnya tidak sebanyak radang mata luar. Selama ini dia hanya pernah menangani 13 kasus.

"Jihan ini termasuk severe, berat," katanya kemarin.

Menurut guru besar FK Unair itu, kesehatan mata tidak bisa dilihat hanya dari luar. Sebab, 90 persen bagian mata justru berada di dahi dan saraf otak.

Saat seseorang mendadak rabun, tapi kornea luarnya jernih, dokter akan memeriksa dengan menggunakan ophthalmoscope. Itu adalah alat untuk mengetahui kondisi retina dan saraf bagian dalam. Pada kasus radang saraf mata, hasil foto akan kelihatan pucat.

"Kalau mata normal, hasil foto retina dan saraf akan cerah," ucap Diany.

Dia menyebutkan, kasus optic neuritis terjadi karena multifaktor. Kasus itu harus segera mendapatkan penanganan. Jika terlambat dua sampai tiga hari sejak kebutaan mendadak, kehilangan penglihatan bisa menetap.

Radang mata akan diobati oral atau injeksi. Selain itu, saat ini ada pengobatan kombinasi dengan menggunakan bio spray. Yakni, cairan untuk regenerasi sel yang disemprot ke bawah lidah. Prof dr Moh Yogiantoro SpPD menambahkan, semprotan tersebut mengandung antioksidan untuk mempercepat penyembuhan. (nir/c6/oni/flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puslitbang Strahan Kemhan Soroti Kerawanan di Selat Malaka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler