jpnn.com, SURABAYA - Beberapa tahun terakhir penjualan aneka kebutuhan masyarakat melalui media internet memang marak.
Hal tersebut juga dimanfaatkan sejumlah orang untuk memasarkan obat, makanan, kosmetik, serta jamu palsu.
BACA JUGA: Ratusan Kosmetik Belum Kantongi Izin BPOM
Modus penjualan secara online tersebut kini dipelototi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM).
''Yang selama ini lebih banyak adalah kosmetik,'' kata Kepala Seksi Penyidikan BBPOM di Surabaya Siti Amanah.
BACA JUGA: Bareskrim Bongkar Klinik Kecantikan Ilegal di Jakarta
Kosmetik dijual secara online lantaran memiliki konsumen yang lebih banyak.
Maklum, setiap perempuan tentu ingin tampil lebih menarik.
Ada beberapa jenis kosmetik yang kerap dipalsukan dan dijual secara online. Misalnya, pelembap, obat jerawat, dan lipstik.
Retno menuturkan, selama ini pihaknya menerima banyak pengaduan dari produsen kosmetik bermerek asli.
Mereka mengeluhkan banyaknya produk palsu yang dijajakan melalui dunia maya.
Tidak cukup itu, ada pula beberapa produk kosmetik yang dijual tanpa izin edar (TIE). Artinya, sebelum diedarkan ke publik, produk tersebut tidak melalui pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lembaga tersebut khawatir produk itu mengandung bahan-bahan berbahaya.
Sayang, tidak mudah bagi BBPOM di Surabaya untuk mengungkap praktik tersebut. Kendati mengetahui begitu maraknya praktik itu, ketika bergerak, BBPOM kerap tidak menemukan barang bukti.
Saat petugas mendatangi alamat sesuai dengan alamat pengirim, ternyata barang bukti tidak ada.
BBPOM menduga, produsen memang tidak menyimpan barang dagangan tersebut di alamat mereka.
Bisa juga barang dagangan itu hanya dikeluarkan sesuai dengan pesanan.
''Mereka rata-rata saling melindungi dan tidak mengungkapkan dari mana mereka mengambil barang,'' katanya.
Untuk menanggulangi hal tersebut, BBPOM di Surabaya berencana belajar tentang cyber crime.
''Saya sudah menghubungi Kapolda Jawa Timur terkait hal ini,'' ujar Kepala BBPOM di Surabaya Hardaningsih.
Menurut dia, kepolisian dianggap guru yang tepat untuk belajar.
''Selama ini kan polisi bisa tahu dengan detail siapa yang ada di sebuah akun,'' tuturnya.
Dia berharap hasil belajar ke kepolisian itu bisa berguna bagi pegawai BBPOM untuk menyelidiki barang tanpa izin edar.
Selama ini tidak ada pengawasan secara mutu terhadap barang tanpa izin edar.
Karena itu, kandungan sebuah obat tidak bisa diketahui. Demikian pula efeknya bagi tubuh.
''Kan tidak ada yang tahu kalau ada BKO (bahan kimia obat, Red). Efek BKO memang tidak langsung, tapi bisa mengurangi derajat kesehatan seseorang,'' tegas Hardaningsih.
Dia mengimbau agar para konsumen cerdas. Salah satunya melihat label di bungkus.
Jika ada nomor registrasi dari BPOM, keasliannya bisa dicek di website BPOM.
''Kalau curiga, silakan melapor ke kami,'' tegasnya. (lyn/c5/git/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia