jpnn.com - BEKASI - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, Indonesia harus membangun nasionalisme baru untuk mencegah unsur-unsur anasir buruk dari globalisasi. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah menciptakan produk berdaya saing tinggi sehingga bisa berkompetisi dengan produk impor.
"Kita tidak bisa lagi melarang jeruk Tiongkok masuk Indonesia. Begitu kita larang masuk, maka Tiongkok pun akan melarang sawit Indonesia masuk ke sana. Akan ada trade off di situ. Tetapi yang bisa menahan itu adalah nasionalisme kita. Silahkan jeruk Tiongkok masuk, saya tetap makan jeruk Pontianak," kata Hatta Rajasa, dalam acara "Dialog Kebangsaan", di Kampus Muhammadiyah jalan Ki Mangunsarkoro, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (23/2).
BACA JUGA: Sempat Dikritisi Karena Telat Deklarasikan Diri
Yang dimaksudkan dengan nasionalis baru ini katanya adalah kecintaan terhadap tanah air. Apalagi, para founding fathers bangsa mengajarkan bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah narrow nationalism, bukan pula chauvinism. "Kita tidak takut bersaing dengan bangsa lain, tapi juga menghindari kesombongan berlebih," jelasnya.
Dalam konteks kekinian lanjutnya nasionalisme yang dibutuhkan adalah smart nationalism atau nasionalisme yang cerdas. "Xenophobia bukanlah pilihan, karena kita hidup di dunia yang makin menyatu. Bila negara lain bisa mengekspor produk, teknologi hingga budayanya, kita pun harus melakukannya. Saya melihat bangsa Indonesia punya kapasitas untuk itu, karena sebagai bangsa besar kita memiliki semuanya," ujarnya.
BACA JUGA: Marzuki Alie: KUHP - KUHAP Tak Direvisi, Mau Jadi Apa Negara Ini
Dia menjelaskan, memasuki ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Indonesia harus bisa mendorong produk yang kompetitif. Melalui AEC 2015, jelasnya, ASEAN akan menjadi pasar tunggal yang berdaya saing tinggi. Sehingga, jika produk lokal tidak mampu bersaing, Indonesia hanya akan menjadi market based.
"Ini pekerjaan rumah. Jika tidak, maka kita akan gagal. Untuk memenangkan persaingan segalanya harus dipersiapkan khususnya infrastruktur, sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai production based," ujarnya.
BACA JUGA: Dahlan tak Tersaingi, Komite Konvensi Diminta Umumkan Hasil Survei
Hatta optimistis, dengan segala persiapan yang dilakukan, Indonesia mampu meningkatkan volume perdagangan hingga dua kali lipat. Jika 2013 ekspor Indonesia menyentuh angka USD 180 miliar, maka dengan AEC 2015 bisa diangka USD 400 miliar. “Ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa kita dorong hilirisasi industri. Jangan sampai kita kaya akan sumber daya alam tapi hanya menjadi middle income trap,” cetusnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi PKS Ingatkan Seluruh Politisi agar Hati-hati
Redaktur : Tim Redaksi