PASURUAN – Ekonomi Indonesia tidak bisa dibangun dengan prinsip neoliberalisme, karena prinsip ekonomi itu tidak mampu menghadirkan keadilanPasar sebebas-bebasnya tidak cocok diterapkan di negeri ini
BACA JUGA: Hatta: Tantangan Indonesia Separatisme dan Globalisasi
”Pasar bebas tidak bisa mengontrol keserakahan
Menurut Hatta, globalisasi dan keterbukaan dalam ekonomi tidak masalah, tapi tetap diperlukan tangan negara untuk menjaga agar tidak ada distorsi akibat keserakahan
BACA JUGA: Riset DCSC: Citra Hatta Paling Bersih
Masyarakat lemah harus dilindungi dengan dengan dana subsidi, serta program perlindungan sosialBACA JUGA: Hatta Pimpin Minggu Ceria PAN di Semarang
Menurut Hatta, negara-negara di dunia mulai mempertanyakan sistem ekonomi global yang sangat liberal sejak krisis terjadi tahun 2008, dan ketika krisis keuangan Eropa dan Amerika Serikat kembali mengancam saat iniManakala keadilan tidak dihadirkan, maka akan menimbulkan kerusakan”Prinsip keadilan dalam tatanan global dan adil sistem yang sangat liberal mulai dipertanyakan,” ujar calon besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Globalisasi sebenarnya bukan barang baru dalam IslamIslam masuk ke Indonesia melalui proses globalisasi, melalui pedagang dari Arab ke Sumatera dan Jawa”Globalisasi bukan barang baruAkan tetapi bagaimana memaknai esensi globalisasi yaitu keadilan, keterbukaan, dan keseimbangan,” ujarnya.
Globalisasi, lanjutnya, harus direspon dengan menempatkan rambu-rambuIslam tidak melarang orang jadi konglomerat yang sangat kayaKarena Islam menghargai kepemilikan”Tapi ingat, menurut prinsip Islam, dalam harta itu ada hak-hak orang lain yang harus didistribusikan (zakat),” kata pria berambut perak ini
Indonesia, ujarnya, memiliki banyak bank syariah, tapi sedikit masyarakat Islam yang menabung karena mereka miskinSegelintir kaum kaya sulit mendistribusikan kekayaannya kepada mereka yang miskin”Akhirnya, hanya bank-nya yang berdaya, yang menabung justru orang lain,” kata Hatta.
Islam hanya meminta harta itu diputar, hak-hak orang lain dihormati dan didistribusikanMasyarakat juga harus diberi akses seluas-luasnya terhadap sumber-sumber kekayaanTanah terlantar dalam prinsip Islam harus diambil baitul mal, distribusikan ke masyarakat untuk jadi sumber kekayaan rakyat.
”Kita capek mendengar dan melihat petani kita hanya memiliki 0,3 hektar sawah,” keluh HattaJika rata-rata sawah menghasilkan 5 ton padi kering giling per hektar, artinya petani hanya mendapatkan 1,5 ton padi sekali panenKalau 2 kali panen dalam setahun, hanya 3 ton padiItu setara dengan penghasilan Rp 9 juta per tahunSulit mencukupi kebutuhan hidup dalam setahun, anak sekolah, biaya kesehatan dan sebagainya.
”Itulah alasan mengapa tanah terlantar harus diserahkan kepada rakyatKetimbang tanah itu menganggur, lebih baik digunakan untuk meningkatkan penghasilan petani,” kata Hatta.
Menurut dia, saat ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) sudah menginventarisir lahan-lahan yang dikategorikan terlantarDan tahun ini sebagian lahan tersebut segera didistribusikanTapi Hatta tidak menyebutkan luasnya”Konsepnya adalah melibatkan masyarakatTanah itu tetap milik negara, tapi digarap oleh masyarakat,” jelas Hatta(dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enggan Bahas Capres, Hatta Mau Fokus Kerja
Redaktur : Tim Redaksi