jpnn.com, BLITAR - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi didampingi Wakil Kepala BPIP Karjono menghadiri sejumlah rangkaian haul Bung Karno di Kota Blitar, Jawa Timur, Selasa (20/6).
Selain mengikuti peninjauan bazar usaha mikro kecil menengah (UMKM), doa bersama, dan ziarah, rombongan BPIP juga menjadi saksi dalam deklarasi 'Jaringan Kota/Kabupaten Tapak Sejarah Bung Karno' atau Jaket Bung Karno.
BACA JUGA: Kepala BPIP Yudian Tegaskan Kemerdekaan Bukan Hadiah dari Bangsa Lain, Tetapi..
Sebanyak 22 kabupaten/kota merupakan daerah catatan napak tilas sejarah hidup Bung Karno sejak kecil sampai dengan meninggal dunia dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
BACA JUGA: Cegah Ancaman Radikalisme, Kepala BPIP Minta Masyarakat Bersinergi Bumikan Pancasila
Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi dalam pidatonya mengingatkan terbentuknya Jaket Bung Karno adalah penegasan dari pesan Presiden ke-1 RI tersebut, yakni Jasmerah alias 'jangan sekali-kali meninggalkan sejarah'.
"Karena melalui sejarah, kita mengerti betul tentang sulit dan beratnya perjuangan para pahlawan serta para pendiri bangsa," ungkap Prof Yudian.
Menurutnya, filosofi Jaket Bung Karno tersebut dimaknai bukan sebagai jaket yang dipakai Sang Proklamator Kemerdekaan RI yang terbuat dari kulit atau kain.
Namun, melainkan jaket pemikiran, ide, gagasan, optimisme dan cita-cita perjuangan dari Bung Karno.
"Jaket ini tentu saja kita dapat pakai, dapat kita implementasikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila," tegasnya.
BPIP mengajak kepada seluruh kepala daerah dan masyarakat untuk terus meneladani tekad, semangat dan perjuangan Bung Karno.
"Mari kita sama-sama tekadkan Jaket Bung Karno sebagai penerus perjuangan Bung Karno, terutama untuk generasi muda, sehingga Pancasila yang telah diwariskan untuk bumi pertiwi ini senantiasa menjadi jati diri bangsa dalam mewujudkan Indonesia maju dan sejahtera," pesan Prof Yudian Wahyudi.
Tidak hanya itu, BPIP juga telah melakukan berbagai kerja sama, kolaborasi dan gotong royong dengan pemerintah daerah, baik kabupaten/kota dan provinsi di Indoneisa untuk penguatan pembinaan ideologi Pancasila.
"Kami tentu mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah segala upaya pembumian Pancasila dalam tindakan melalui gerakan pencegahan stunting, ekonomi Pancasila, implementasi Buku Pendidikan Pancasila dan Paskibraka," pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Blitar Santoso mengatakan pelaksanaan Jaket Bung Karno bertepatan dengan momen Bulan Bung Karno yang diperingati tiap Juni di Blitar.
Ada tiga momen penting di Juni, yaitu 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan Bung Karno merupakan salah satu penggali Pancasila.
"Ada tiga alasan kami melaksanakan deklarasi Jaket Bung Karno ini. Alasan pertama, Bung Karno sebagai proklamator, presiden pertama RI, penyambung lidah rakyat dan pemimpin besar revolusi adalah milik bangsa Indonesia," sebut Wali Kota Santoso.
Menurut Santoso, Bung Karno memang dimakamkan di Kota Blitar, tapi jejak sejarah perjuangannya ada di banyak daerah.
"Bung Karno lahir di Surabaya, Bung Karno sekolah di Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan Tulungagung. Bung Karno pernah kuliah di Bandung dan pernah diasingkan di Bengkulu," bebernya.
Tak kalah penting, lanjut Wali Kota Santoso, Bung Karno juga menemukan inspirasi lahirnya Pancasila di saat menjalani pembuangannya di Ende, Flores dan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
"Sejarah perjuangan Bung Karno ini punya makna yang mendalam bagi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan perlu diketahui generasi penerus seperti pesan beliau jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," ujar Santoso.
Alasan kedua, lanjut Wali Kota Santoso, pemikiran Bung Karno sudah terbukti dan teruji serta diakui dunia, contoh terakhir pidatonya di sidang PBB pada 1960.
Pada Mei 2023 lalu, pidato Bung Karno di PBB itu ditetapkan dalam sidang eksekutif Unesco sebagai arsip warisan dunia.
Melalui ditetapkannya sebagai arsip warisan dunia, naskah pidato Bung Karno tersebut menjadi milik warga dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi.
"Itu salah satu contoh pemikiran Bung Karno yang diakui dunia internasional. Pemikiran Bung Karno masih relevan untuk dipelajari dan diteruskan oleh penerus bangsa," katanya.
Alasan ketiga, pada tempat-tempat sejarah di Indonesia yang terkait dengan Bung Karno
Sejumlah tempat itu perlu dipastikan agar tetap aman, bersih, terawat dan tidak jatuh pada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bahkan, jika memenuhi persyaratan, sejumlah tempat itu perlu diusulkan menjadi cagar budaya.
"Komitmen untuk menyambung tapak sejarah, merawat tempat-tempat sejarah Bung Karno dan meneruskan ajaran Bung Karno itulah yang mendorong kami untuk mengajak para bupati dan wali kota di berbagai daerah hadir di Kota Blitar sekaligus besok akan dilakukan Deklarasi Jaket Bung Karno," tegas Wali Kota Santoso.
Kesempatan tersebut juga hadir, antara lain Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Ir Prakoso, Forkopimda Kota Blitar, delegasi 22 bupati/wali kota di Indonesia. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi