jpnn.com - JAKARTA -- Kemarahan publik kepada Ketua DPR dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) terkait skandal Papa Minta Saham merembet ke Partai Golkar. Kampanye menolak menolak pasangan calon yang diusung partai tempat Novanto dan Wakil Ketua MKD Kahar Muzakir bernaung itu pada pilkada serentak mulai bergulir di media sosial.
"Langkah ini adalah bagian dari rangkaian kemarahan publik atas sikap sejumlah elit politik di partai beringin yang tidak kunjung bersikap," kata Ketua Pusat Studi Politik Keamanan Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi, Selasa (8/12).
BACA JUGA: Jaksa Agung Belum Mau Panggil Riza Chalid
Menurut Muradi, publik merasa bahwa PG dan MKD setali tiga uang, lamban dan mencoba mencari celah untuk keluar dari tekanan publik. "Tidak berupaya untuk melakukan langkah-langkah perbaikan untuk meredakan kemarahan publik," katanya.
Dia menegaskan, kampanye menolak paslon yang diusung oleh PG pada pilkada serentak jangan dianggap remeh. Terutama di daerah dengan pemilih yang tingkat melek media dan internetnya tinggi. Sebab, lanjut Muradi, hampir dipastikan akan mengubah konstelasi dan pemenang ajang kontrak politik lima tahunan tersebut.
BACA JUGA: Ruhut: Kalau Saya Jaksa Agung, Saya Tangkap Setya Novanto
Dijelaskannya, kampanye melalui jejaring media sosial cenderung akan menyasar dua strata pemilih, yakni pemilih pemula dan pemilih kelas menengah baik secara ekonomi maupun politik. Muradi pun menambahkan, dua strata pemilih tersebut jika tidak mendapatkan paslon alternatif di luar yang diusung PG kemungkinan besar akan memilih menjadi golput.
Oleh sebab itu, penting bagi PG untuk tidak menganggap remeh kampanye tersebut, karena bisa menjadi titik lemah bagi proses pemenangan. Apalagi jika banyak partai lain yang mengusung paslon berbeda memanfaatkan celah ini untuk menggembosi paslon yang diusung PG dengan memanfatkan kasus SN sebagai bagian dari pengalihan dukungan dari paslon yang diusung PG. (boy/jpnn)
BACA JUGA: Menteri Yuddy Takut Kalah Pamor dengan PGRI?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikut Tangani Kasus Papa Minta Pulsa, Kejagung juga Perlu Diawasi
Redaktur : Tim Redaksi