jpnn.com - PURBALINGGA –Hitung uang receh beberapa saja sudah cukup pusing. Bagaimana jika harus menghitung sekarung uang receh. Hal itu yang harus dilakukan para pegawai UPTD Pasar Segamas Purbalingga.
Setiap awal bulan, mulai tanggal 1 hingga 6, mereka harus menghitung uang logam yang nominalnya cukup beragam. Yakni, Rp 200, Rp 500, sampai Rp 1.000. Uang yang harus dihitung itu berasal dari retribusi parkir dan MCK yang mencapai satu kandi ukuran 25 kilogram.
Petugas Administrasi UPTD Pasar Segamas Purbalingga Yunita atau yang akrab disapa Ita sudah sangat familiar dengan aktivitas menghitung uang receh. Keping-keping uang logam ditata rapi di meja, lalu disesuaikan dengan besaran nominal mata uang.
Dengan fasih, dia menjelaskan, satu kantong plastik uang Rp 200 dikumpulkan sampai sejumlah Rp 200 ribu. Sementara itu, uang Rp 500 dan Rp 1.000 dikumpulkan sampai Rp 250 ribu.
BACA JUGA: Istri Ngaku Tidur Bareng Pak Camat, Dapat Lumayan, Suami Langsung...
"Umumnya, saat dibawa ke sini, uang receh itu dimasukkan karung," katanya kepada Radar Banyumas (Jawa Pos Grup).
Menghitung dan menata uang receh itu bukan aktivitas sepele. Sebab, uang receh tersebut bukan sekadar alat tukar, tetapi menjadi denyut nadi dari kehidupan pasar Segamas.
Berkarung-karung dan berkardus-kardus uang receh itu berasal dari ribuan pengunjung pasar selama sebulan, khususnya yang menggunakan jasa parkir dan MCK.
BACA JUGA: Politikus PDIP Ancam Gagalkan Sidang Paripurna
"Uang receh ini adalah simbol aktivitas masyarakat di pasar," ungkapnya.
Kepala UPTD Pasar Segamas Pubalingga Sunarto menjelaskan, dari MCK di pasar, rata-rata uang logam yang disetorkan Rp 14 juta. "Menghitungnya memang membutuhkan energi tersendiri. Penghitungannya bisa mencapai 10 hari," ujar Sunarto. (aziz/c5/ami/flo/jpnn)
BACA JUGA: Polisi Selidiki Jaringan Prostiusi Anak di Bandung
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabupaten Ini Fokus Garap Industri Kreatif Berbasis Desa
Redaktur : Tim Redaksi