jpnn.com, JAKARTA - Pertamina berhasil menghantarkan jawara Startup Pertamuda Seed & Scale tahun lalu, yaitu Chickin Indonesia yang masuk dalam daftar entrepreneur 30 & under 30 kategori Tech Enterprise versi Majalah Forbes.
Chickin merupakan startup yang mengembangkan aplikasi Smart Farm Micro Climate Controller sebagai solusi untuk peternakan ayam agar lebih produktif dan efisien.
BACA JUGA: Pertamina Jamin Stok Pertalite di Kalimantan Aman, Masyarakat Jangan Khawatir
Chickin Indonesia dinilai Forbes sebagai startup teknologi unggas pertama di Asia Tenggara, dan telah berdampak pada peningkatan pendapatan bagi ratusan peternak unggas.
Chickin diketahui telah bermitra di beberapa perusahaan di Jawa Tengah, seperti Japfa, Charun Pokphand, CJ group, dan 14 rumah potong hewan lainnya.
BACA JUGA: Kejar Target 2022, Subholding Upstream Pertamina Dorong Terobosan Agresif
Alumnus Universitas Brawijaya, yaitu Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra merupakan founder Chickin Indonesia.
Kedua anak muda ini berhasil mengungguli 50 tim dari 23 universitas dengan mengusung ide bisnis aplikasi Smart Farm Micro Climate Controller sebagai solusi untuk peternakan ayam agar lebih produktif dan efisien.
BACA JUGA: Bagi Pengantre Solar Subsidi, Simak Pernyataan Dirut Pertamina Ini
“Keunggulan aplikasi yang kami ciptakan adalah membantu peternak unggas agar meningkatkan pendapatan mereka hingga 25 persen. Aplikasi yang kami gagas ini juga memungkinkan peternak menjual ayam dengan harga lebih tinggi,” ungkap Ashab.
Selain itu, Chickin juga menghadirkan teknologi manajemen kandang, Chickin Smart Farm.
Peternak diberi kemudahan dalam memonitor kebutuhan pakan, pertumbuhan ayam, mengatur suhu dan kelembaban kandang, serta mencatat seluruh kegiatan administrasi perkandangan secara digital.
Meski banyak yang meragukan ide mereka, Chickin pantang menyerah.
Mereka menganut prinsip growth hacker, menerobos sana-sini untuk mendapatkan investor.
Upaya yang dilakukan Chickin tak sia-sia ketika mereka mendapatkan suntikan modal sebesar USD 2,5 juta dari investor.
"Ini sama artinya startup kami bisa tumbuh hingga dua ribu persen dalam setahun," kata Ashab.
Dia menyebutkan modal awal membangun startup tersebut sekitar Rp 7 juta.
Bukan tanpa alasan Chickin membuat aplikasi tersebut.
Menurut Ashab, saat ini ayam potong menjadi salah satu komoditas yang tak pernah absen di pasaran.
Peluang dari bisnis ini cukup besar bahkan produk panennya pun sering kali membanjiri pasar.
Ashab mengungkapkan ketidakseimbangan antara supply-demand selama ini diakibatkan dari panjangnya rantai pasok dari peternak hingga ke end user.
Karena itu, Chickin membuat teknologi manajemen kandang untuk menjawab kebutuhan yang ada di sektor peternakan ayam.
"Kami berupaya untuk meningkatkan produktivitas peternak ayam dan mendorong kebutuhan konsumsi ayam pedaging masyarakat. Jadi, kami juga membantu peternak menjual hasil panennya," ujarnya.
Ashab bersyukur atas prestasi yang diraih Chickin.
Menurutnya, keberhasilan Chickin tak terlepas dari bantuan Pertamina yang pada tahun lalu melalui Pertamuda Seed & Scale.
"Dukungan Pertamina sangat impactful. Dari situ kami bisa berkembang lagi dan mendapat investor dan itu sangat membantu Chickin dalam perjalanannya," ujarnya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (persero) Fajriyah Usman menyampaikan, melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda dapat menjadi generasi digital economy yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Selain itu, diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui inovasi berdasarkan ilmu yang sudah didapat dari jenjang pendidikan.
Fajriyah menegaskan Pertamina dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDG’s) khususnya di poin 4, yakni pendidikan yang berkualitas bagi seluruh warga negara Indonesia serta poin 8, mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi dari aspek kewirausahaan.
Kemudian menggerakan generasi muda Indonesia untuk mendorong tumbuhnya startup dari berbagai kampus, yang selanjutnya dapat meningkat menjadi unicorn.
"Hal itu sebagaimana digaungkan Kementerian BUMN yang mendorong seluruh BUMN turut andil melahirkan unicorn-unicorn muda Indonesia,” pungkas Fajriyah. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi