Heboh Penemuan Situs Batu Kujang di Gunung Manglayang, Konon Batas Kerajaan Sunda dan Galuh

Selasa, 24 November 2020 – 10:16 WIB
Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Jabar bersama Yayasan Cagar Budaya Nasional Pojok Gunung Kekenceng Sukabumi, saat meneliti situs bersejarah berupa batu kujang di kawasan Gunung Manglayang, Desa Selawangi, Kecamatan Sukaraja. Foto: Radar Sukabumi

jpnn.com, SUKABUMI - Situs bersejarah berupa batu kujang ditemukan di kawasan Gunung Manglayang, Desa Selawangi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ketua Yayasan Cagar Budaya Nasional Pojok Gunung Kekenceng Sukabumi, Tedi Ginanjar mengatakan, penemuan batu yang menyerupai kujang itu, pertama kali diketahui saat dilakukan survei penghijauan lingkungan di sekitaran kaki Sungai Cipangawin dan Sungai Ciganda di sekitar lereng Gunung Malang dan Manglayang.

BACA JUGA: Harapan Gus Jazil Saat Kunjungi Situs Bung Karno di Ende

“Secara tidak sengaja, kami menemukan beberapa menhir atau batu nangtung di pinggir sungai Cipangawin. Kemudian setelah ditelusuri ke tempat lain dan bertanya kepada penduduk Kampung Cipurut, Desa Selawangi Kecamatan Sukaraja, ternyata ada batu kujang setinggi kurang lebih 0,5 meter yang terbuat dari batu andesit,” kata Tedi dilansir Radar Sukabumi, Minggu (22/11).

Pihaknya mengaku tidak mengetahui secara pasti soal batu kujang tersebut, telah dibuat pada saat zaman dan tahun berapa.

BACA JUGA: Terungkap Fakta Pembunuhan Ibu Rumah Tangga di Tulungagung, Keji

Sebab, kata dia, tidak ada metadata atau tulisan disekitar batu kujang tersebut.

Namun, jika merunut pada sejarah zaman Kerajaan Sunda dan Galuh, ada kemungkinan bahwa batu kujang tersebut merupakan batas dua kerajaan tersebut.

BACA JUGA: Fakta-fakta Orang Tua di Bogor Bawa Jenazah Anaknya Pakai Motor, Mengharukan

“Tetapi menurut beberapa narasumber di lokasi situs batu kujang, banyak yang mengatakan bahwa batu kujang itu adalah sebuah prasasti Raden Surya Kresna yang dibuat setelah membuat sebuah tempat persembahyangan atau kuil di pasarean Ganda Perwangi di puncak Gunung Manglayang,” katanya.

Menurut Budi Dalton, Dosen Fakultas Sejarah Universitas Pajajaran Bandung, sambung Tedi, kujang itu identik dengan simbol kedaulatan sebuah negara.

Maka bila situs batu kujang tersebut dianggap sebagai simbol kedaulatan, bisa jadi bahwa situs ini merupakan suatu batas teritorial sebuah kerajaan.

“Akan tetapi, jika situs batu kujang itu adalah sebuah tanda adanya Salaka Arca Domas, maka persepsinya sudah lain. Sebab apabila benar di Gunung Manglayang ada Arca Domas atau Lalayang Salaka Domas atau Arca dari Emas, berarti di Gunung Manglayang itu ada sebuah kuil pemujaan kepada Sanghyang Tunggal dan mungkin ada Arca dari emas,” katanya.

Banyaknya batu-batu zaman megalithikum yang berada di kawasan tersebut, besar kemungkinan Gunung Manglayang dahulunya seperti Gunung Padang Cianjur.

Karena di puncak Gunung Manglayang banyak ditemukan batu-batu nangtung seperti di Gunung Padang, hanya mungkin sekarang ini sudah tertutup oleh tanah dan rerumputan juga tanaman perdu berduri.

“Pada 22 sampai 23 September 2017, pernah dilakukan penelitian mengenai situs batu nangtung atau menhir di puncak Gunung Manglayang oleh Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Jawa Barat. Dan hasilnya cukup mencengangkan. Ternyata di puncak Gunung Manglayang terdapat batu-batu yang diperkirakan seusia atau sezaman dengan Gunung Padang Cianjur,” paparnya.

Untuk itu, perlu penelitian lebih lanjut oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi.

“Karena ini bisa menjadi destinasi wisata sejarah zaman purba yang baru selain Gunung Padang Cianjur,” pungkasnya. (den/d/radarsukabumi)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler