jpnn.com, JAKARTA - Anggota Pusat Kajian Assessment Pemasyarakatan POLTEKIP Reza Indragiri menyampaikan analisis soal aksi pengendara pelat polisi palsu sambil menenteng pistol.
Pria tersebut terekam video yang viral tengah mengamuk kepada pengendara lain di tol dalam kota di wilayah Tomang, Jakarta Barat pada Kamis (4/5).
BACA JUGA: Pria Pakai Pelat Polisi Palsu Sambil Tenteng Pistol Sudah Ditangkap
Belakangan, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyebut pria tersebut sudah ditangkap di daerah Tangerang Selatan.
BACA JUGA: Aksi Pria Pakai Mobil Pelat Polisi Tenteng Pistol, Sahroni: Saya Sangat Yakin Sama Pak Kapolda Metro
Nah, Reza menyebut aksi kemarahan di jalan (road rage) sebenarnya dilakukan oleh banyak pengemudi. Mereka pakai pedal gas dan tombol klakson untuk meluapkan amarah.
Namun, dia menilai kali ini terekam situasinya ekstrem karena akumulasi tiga hal: mulut pelaku yang seperti bak sampah, menenteng-nenteng senjata, dan memakai pelat polisi.
BACA JUGA: Mobil Erick Thohir & Pak Bas Tersangkut di Jalan Berlumpur di Lampung, Alamak
"Pelat polisi itu bahkan seperti melipatgandakan kekesalan publik, yang belakangan ini kerap terpukul menyaksikan tingkah polah oknum," ujar Reza.
Menurut sarjana psikologi dari UGM itu, road rage sendiri disebabkan oleh interaksi antara faktor disposisi dan situasi, atau faktor internal dan eksternal, atau faktor kepribadian dan kecerdasan serta lingkungan.
"Faktor internal: stres, kendali emosi yang buruk, minimnya pemahaman etika berkendara, bahkan bisa pula pengaruh miras dan narkoba," tuturnya.
Namun supaya utuh, katanya, jangan abaikan situasi kemacetan, suhu panas, pengendara lain yang ugal-ugalan, dan lainnya.
Alhasil, untuk mengatasi road rage, tidak cukup intervensi terhadap pelaku. Baik intervensi hukum, sanksi sosial, dan penanganan psikoedukatif.
"Polri juga dituntut lebih efektif dalam mengendalikan kemacetan," kata pria yang pernah mengajar di PTIK/STIK itu.
Selain itu, dia juga meminta Plt. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono harus serius melanjutkan program Anies Baswedan saat memimpin ibu kota yang dinilai sangat berorientasi pada pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna kendaraan umum.
"Jangan bikin program yang malah membuat mundur kerapian Jakarta. Sistem ETLE dimaksimalkan," kata Reza.
Dengan demikian, Reza menyebut perbuatan si pelaku road rage memang tidak bisa dibenarkan. Akan tetapi, kalau mau jujur, sekian banyak otoritas tampaknya turut berkontribusi bagi bermunculannya para pengemudi sumbu pendek.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Lho Tampang Dirut PT ANR Pemilik Gudang BBM yang Dijaga AKBP Achiruddin
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam