Hendropriyono Mengaku Pernah Borong Kamus dari Mertua Anas

Selasa, 29 April 2014 – 16:10 WIB
Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono di KPK, Selasa (29/4). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono hari ini menjalani pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi kasus tindak pidana pencucian uang yang menjerat Anas Urbaningrum. Usai pemeriksaan, Hendro mengaku dicecar penyidik tentang pembagian kamus Arab-Inggris-Indonesia ke pesantren-pesantren.

Menurut Hendro, kamus tiga bahasa yang dibeli itu terbitan dari Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak, Yogyakarta yang dikelola KH Attabik Ali. Kiai Attabik tak lain adalah mertua Anas.

BACA JUGA: SBY Gelar Rapat Kabinet di Bekas Gedung Terbakar

"Waktu saya Kepala BIN waktu itu sedang maraknya bom dan terorisme, jadi ketika itu ada orang yang jual buku dan kamus bahasa Arab, Inggris dan Indonesia sekaligus. Menawarkan pada kita (BIN), ya buat saya ini kesempatan bagus untuk kita memberikan bantuan-bantuan ke pesantren-pesantren dan saya beli kamus bahasa itu," kata Hendro.

Lebih lanjut Hendro menjelaskan, waktu itu pihak yang menawarkan kamus tiga bahasa itu memang Kiai Attabik. Setelah kamus dibeli lantas dibagikan ke pesantren-pesantren dengan syarat tidak boleh diperdagangkan.

BACA JUGA: Prabowo Ngaku Serius Koalisi dengan Golkar

"Saya bilang kita beli karena harganya wajar untuk kamus, tapi tolong diingat ini tidak boleh diperdagangkan, untuk itu ada cap, foto saya dan sambutan saya bahwa ini adalah bantuan untuk pesantren-pesantren di Indonesia dan ini dari BIN," ucap Hendro.

Namun Hendro mengaku tidak mengetahui apakah kamus itu diperdagangkan atau tidak. Sebab, kata dia, kejadian itu sudah lama terjadi. "Karena itu kan sudah 10 tahun. Itu diperdagangkan atau tidak saya tidak tahu," ucapnya.

BACA JUGA: Pilih JK, Jokowi akan Ditinggal Nahdliyin dan Soekarnois

Hendro juga mengaku tidak mengingat jumlah dana yang dikeluarkan untuk membeli kamus itu. Tetapi ia menambahkan, kamus itu diberi dengan harga yang wajar.

"Itu harga wajarlah, saya menawar harganya semurah mungkin supaya sebanyak mungkin dapat dicetak, supaya sebanyak mungkin bsa di bagikan ke pesantren-pesantren. Dananya kalau enggak salah saya kurang lebih 100 ribu satu buku yang mana dalam satu paket ada 4 buku," ucapnya.

Hendro mengaku pernah bertemu dengan Attabik dan Anas pada saat membagikan kamus itu di Pesantren Krapyak. "Ketemu pas bagikan itu di Pesantren krapyak waktu bagikan," tandasnya.(gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PKB Pilih PDIP karena Partai Demokrat Lambat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler