jpnn.com, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono mengajak untuk bersatu padu dan maju. Dia menegaskan, sekarang tidak ada lagi pendukung 01 (Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin) dan 02 (Prabowo Subianto – Sandiaga Uno).
“Jadi, kita tidak ada lagi 01, 02, tidak. Kita harus bersatu padu,” kata Hendro usai silaturahmi purnawirawan TNI di The Darmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (21/6).
BACA JUGA: Respons Santai dari Prof Eddy saat Dicecar BW soal Buku dan Tulisannya dalam Sidang MK
Hendro mengingatkan jangan sampai ketika bangsa lain sudah semakin maju dalam melakukan pembangunan seperti membanun tunel di bawah laut berpuluh-puluh kilometer, Indonesia masih ribut-ribut saja.
Mantan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman dan Perambah Hutan itu mencontohkan, membuat tunel di bawah laut itu sudah pasti menyerap tenaga kerja. Kalau saja itu terus dilakukan, maka tidak akan ada yang menganggur karena lapangan kerja menjadi terbuka.
BACA JUGA: Eks Kepala BIN: Tiga Persen TNI Terpapar Radikalisme, Bahaya!
Karena itu, Hendro menegaskan, sebaiknya akhiri keributan yang terjadi, dan bergeraklah maju untuk membangun bangsa. “Orang lain sudah bikin tunel di bawah laut sampai berpuluh-puluh kilometer, kita masih ribut aja. Sekarang, berhentilah (ribut) biar rakyat rakyat sejahtera,” imbuhnya.
Mantan ketua umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu menegaskan bahwa persaingan sudah selesai. Sekarang saatnya bergandengan tangan menatap hari esok dan masa depan lebih baik. Dalam kesempatan itu, Hendro juga menyinggung kenapa dalam silaturahmi tadi dinyanyikan lagu-lagu yang diciptakannya.
BACA JUGA: Ahli 01 Eddy Hiariej Anggap Permohonan 02 Tidak Tepat Sasaran
Menurut Hendro, lagu-lagu yang diciptakannya itu untuk menggugah semangat kaum muda. “Lihat tadi yang nyanyi juga masih muda, yang mengarangnya saja sudah tua. Tidak apa, itu supaya menggerakkan kaum muda. Di depan kaum muda, yang tua, istirahat saja. Yang muda maju lagi,” ujarnya.
Hendro pun terkenang pernyataan dari founding father Proklamator RI Bung Karno yang mengingatkan pentingnya kembali kepada Pancasila dan UUD 1945. “Kalau pada suatu kalian bingung ke mana jalannya revolusi ini, kembalilah kepada amanat penderitaan rakyat yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945,” ujarnya.
Selain itu, Hendro juga mengajak untuk kembali kepada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Karena itu, dalam silaturahmi Jenderal (Purn) Try Sutrisno memimpin para purnawirawan membacakan Sumpah Prajurit dengan naskah yang asli.
“Kami ikut mengucap kembali Sumpah Prajurit yang belum pernah kami cabut. Jadi Sumpah Prajuritnya jangan diganti-ganti. Kalau kami lihat sudah mulai banyak diubah sana, ubah sini. Yang ubah sana-sini itu tidak jelas siapa itu, kok jadi tanpa makna,” katanya.
Hendro mengatakan, Sumpah Prajurit yang asli itu dibuat dalam suatu sidang bersama dari para kepala staf di lingkungan ABRI pada masa lalu. Dia menegaskan, yang menandatangani adalah Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Abdul Haris Nasution, Kepala Staf Angkatan Kolonel Laut Sugianto, Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Suryadi Suryadarma.
“Itu yang tadi kami paparkan sehingga ingat itu semua merupakan suatu keputusan bersama dalam sidang gabungan kepala staf pada 1945, pada saat Indonesia berjuang. Itu Sapta Marga namanya, dasar dari Sapta Marga adalah Sumpah Prajurit yang diajukan oleh Tahi Bonar Simatupang, Kepala Staf Angkatan Perang. Zaman dulu, masih asli untuk berjuang demi negara dan bangsa dan demi kemajuan rakyat,” pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anas Nashikin Sempat Bingung soal Sosok Hairul Anas Suaidi
Redaktur & Reporter : Boy