Heran, Temuan Rp 191 M Mandek, yang Rp 200 Juta Diuber-uber

Rabu, 20 Januari 2016 – 01:08 WIB
Effendi Gazali. Foto: dok/Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Pakar Komunikasi Effendi Gazali mengaku heran dengan cara kerja aparat penegak hukum dalam menangani kasus korupsi. Effendi memberi contoh beberapa kasus besar temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bernilai di atas Rp 1 miliar, mandek tanpa ada kejelasan lanjut atau tidak diproses. 

"Asrama PDT yang berdekatan dengan proyek Hambalang, itu prosesnya tanpa tender dan temuan BPK ada potensi kerugian negara Rp 1 miliar. Ini sudah diserahkan ke ‎KPK sejak 2012, namun hingga saat ini tidak jelas perkaranya," ungkap Effendi saat jadi pembicara di sarasehan Refleksi 69 Tahun BPK RI, Selasa (19/1).

BACA JUGA: Kubu Romi Setuju Muktamar Islah

Demikian juga kasus Sumber Waras yang dari temuan BPK ada penyimpangan Rp 191 miliar. Lagi-lagi kasus ini masih tersimpan di KPK dan menunggu list untuk diproses.

"Saya heran, kasus yang nilai kerugiannya lebih besar malah mandek. Yang nilai Rp 200 juta malah diuber-uber. Ada apa ini, apakah aparat penegak hukum membuat list dan menunggu moment baru dibombardir," serunya.

BACA JUGA: Hasrul Azwar: Saya Terkejut

Cara kerja aparat penegak hukum yang tidak jelas inilah sering menjadi tanda tanya masyarakat. Apakah kerja penegak hukum ini mengikuti aturan atau disesuaikan dengan kondisi.

"Jangan salah kalau ada sebagian masyarakat kinerja aparat hukum kita ada nuansa politiknya. Sebab, kasus yang sudah lama tidak diutak-atik. Kasus baru yang ada kaitannya dengan politisi, itu duluan yang‎ digarap," bebernya. (esy/jpnn)

BACA JUGA: Setara Institute Tolak Perppu Terorisme, Begini Alasannya

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Harus Kirim Nota Protes ke Timor Leste


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler