jpnn.com, JAYAPURA - Sebagai anggota TNI, tubuhnya terbilang tak terlalu tinggi, sekitar 165 cm. Dia juga tak kekar dan penampilannya biasa-biasa saja. Namun soal keberanian, jangan ditanya. Serda Suparlan adalah salah satu prajurit TNI yang membekuk pelaku perampokan di Pegadaian Waena, Distrik Heram, Jayapura, Papua, Kamis (10/8) siang sekitar pukul 10.30 WIT.
(Klik: Perampokan di Pegadaian, TNI Duel dengan Pelaku, Pistol Terjatuh, Dramatis...)
BACA JUGA: Perampokan di Pegadaian, TNI Duel dengan Pelaku, Pistol Terjatuh, Dramatis...
Dia bersama beberapa rekannya berhasil menahan satu pelaku, dan akhirnya menghentikan dua pelaku lainnya. Kasus perampokan yang menggunakan senjata api ini juga terbilang baru pertama kali terjadi di Kota Jayapura dan ketiga pelaku bisa dipastikan berasal dari luar Papua.
Serda Suparlan lantas menceritakan aksi heroiknya bisa menghentikan pelaku utama yang saat itu memegang senjata api. Meskipun harus bertaruh nyawa, Serda Suparlan tak mundur hingga akhirnya dia bisa menjauhkan senjata api yang digunakan pelaku dan merebutnya.
BACA JUGA: Pak Dandim Siapkan Sanksi untuk Anak Buah Berkendaraan Tanpa Surat
Kepada Cenderawasih Pos, Suparlan menuturkan, awalnya dia sedang ikut dalam Karya Bakti membersihkan dan mengecat lokasi makam di TMP Waena yang berjarak kurang lebih 200 meter dari Pegadaian Waena, dalam rangka HUT RI.
Saat mengikuti Karya Bakti, Suparlan diperintahkan membeli cat di salah satu toko bangunan yang bersebelahan dengan Kantor Pegadaian. Ketika sampai di toko bahan bangunan, Suparlan mendengar teriakan security kantor Pegadaian Waena yang meminta tolong karena ada tiga pria masuk ke Pegadaian dan salah satunya membawa senjata api.
BACA JUGA: Pasukan Garuda Selalu Menorehkan Prestasi Dalam Misi PBB
Dia kemudian mencoba melihat ke dalam namun belum sampai ke pintu dirinya sudah berhadapan dengan tiga pelaku, salah satunya masih memegang senjata. Senjata itu diarahkan ke bagian dada Suparlan sambil berusaha menjauh.
"Jadi saya pas mau melihat tiba-tiba tiga pelaku ini keluar dan salah satunya mengarahkan pistol ke dada saya. Saya lantas berteriak, jangan tembak...jangan tembak sambil melihat situasi untuk mendekat," kata ayah tiga anak ini kepada Cenderawasih Pos, di Makorem 172/PWY, Kamis (10/8).
Suami dari Santi Latifa ini mengaku sempat takut juga sebab meski sudah diminta untuk tak menembak ternyata pelaku sempat menarik pelatuk dan menembakkan satu peluru. Untungnya senjata tersebut tak meledak dan Suparlan lantas berpikir jika pistol Walther buatan Jerman tersebut sedang bermasalah.
Di situlah dia berpikir cepat untuk mengambil tindakan lain dengan mendekati pelaku dan langsung berusaha melumpuhkan. "Saya sempat takut juga sebab pistolnya mengarah ke badan saya, kalau itu betul meledak mungkin saya sudah mati, tapi saat saya lihat tak meledak saya langsung mendekati pelaku dan menendang tangannya yang memegang senjata," ucap Suparlan.
Dari tendangan inilah pistol tersebut terjatuh dan pelaku langsung dia amankan. "Tujuan saya hanya satu, menjauhkan pistolnya dulu dan setelah saya tendang ternyata jatuh kemudian saya ambil dan menyerahkan ke abang (salah satu anggota TNI dan Denkes) yang saat itu juga berusaha menghentikan pelaku," katanya.
Setelah pistolnya menjauh, pria yang menjadi anggota TNI sejak 2002 langsung melayangkan berbagai jurus untuk melumpuhkan pelaku baik dengan tangan maupun kaki. "Yang penting dia tak kabur sebab saat itu dua pelaku sudah di atas motor dan motornya menghadap ke jalan siap kabur," katanya.
Saat dua pelaku lainnya berusaha kabur, massa mulai berdatangan kemudian mengadang kedua pelaku hingga akhirnya dimassa. Saat berusaha menghentikan pelaku ini, Suparlan mengaku sempat mendapatkan perlawanan dengan pukulan yang dilayangkan pelaku. Untungnya dia bisa menghindar dan kembali membalas hingga terpojok.
"Saya tidak punya bekal ilmu beladiri yang baik tapi saat itu saya hanya berpikir bahwa ini orang berbahaya dan orang jahat jadi harus dilumpuhkan sebelum ada korban, makanya saya berani mendekat," bebernya.
Suparlan juga mengaku sempat melihat seorang ibu yang bersimbah darah. Wanita yang belakangan diketahui bernama Sance juga terbilang berani. Bagaimana tidak, beberapa saksi menyebut bahwa ketika pelaku beraksi, korban, Sance berada di dalam ruangan tersebut dan baru melakukan transaksi. Saat itu pelaku mengeluarkan pistol dan meminta semua yang ada di dalam ruangan tak banyak bertingkah.
Nah, Sance sendiri karena tak ingin terjadi apa-apa ia memilih untuk keluar. Namun belum sempat sampai di pintu keluar dia diminta salah satu pelaku untuk tetap di dalam ruangan tersebut dengan posisi ditodongkan ke kepalanya. Korban dikatakan sempat melawan dengan memegang senjata pelaku hingga terjadi tarik menarik dan akhirnya pelaku mendorongkan pistolnya hingga melukai kening korban.
Dandim 1701/JPR, Letkol Inf Nova Ismailiyanto S.Ip mengaku bangga dan hormat kepada Serda Suparlan yang secara berani dengan kepedulian tinggi namun tidak menghilangkan faktor kewaspadaan menanggapi apa yang menjadi keluhan di lingkungannya. "Perampokan bisa digagalkan dampaknya positif dan tak ada hal negatif yang perlu dilidungi untuk sebuah kedamaian," kata Nova.
Dia berharap apa yang dilakukan Suparlan Serda menjadi motivasi masyarakat untuk tak ragu melawan kejahatan sebab tak ada yang bisa dimenangkan oleh kejahatan. "Kami juga berharap ada apresiasi dari pimpinan jika memenuhi norma dan syarat apakah kenaikan pangkat atau reward lainnya termasuk untuk tujuh anggota TNI yang saat itu ikut terlibat menghentikan pelaku perampokan ini," pungkasnya. (abdel gamel naser/cenderawasih pos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JOOSS! Ormas Berseragam Mirip TNI Bakal Ditindak Tegas
Redaktur & Reporter : Adek