jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia TBK Hery Gunardi menyebutkan, kinerja perbankan syariah di tengah pandemi Covid- 19 dapat tumbuh cukup baik, karena menerapkan konsep bagi hasil.
Menurut dia, konsep itu tidak dimiliki bank konvensional.
BACA JUGA: Wapres: BSI Energi Baru Keuangan Syariah Indonesia
“Di syariah tentunya konsep bagi hasil atau kami namakan profit dan loss sharing ini memberikan fleksibilitas, baik pemilik dana maupun perbankan untuk bisa melakukan adjusment pada saat kondisi kurang menguntungkan,” ujar Hery saat diskusi virtual ISEI Jakarta, Rabu.
Hery mengungkapkan, pada 2020 pertumbuhan aset perbankan syariah dan dana pihak ketiga (yoy) masih tumbuh hingga dua digit angka.
BACA JUGA: Kehadiran BSI Bisa jadi Momentum Industri Keuangan Syariah Makin Eksis
“Dari sisi aset masih tumbuh double digit sebesar 13,11 persen pada 2020, di sisi dana pihak ketiga juga mengalami pertumbuhan sebesar 11,88 persen, pembiayaan juga tumbuh positif sebesar 8,08 persen,” kata dia.
Kondisi tersebut, lanjut Hery, lebih baik dibandingkan perbankan konvensional maupun perbankan nasional yang disibukkan kepanikan di segmen kecil dan menengah, konsumer, serta wholesale sepanjang 2020.
BACA JUGA: Sumbang Pajak Besar, PT BSI Kembali Raih Penghargaan
Hery menyebutkan, aset perbankan konvensional tumbuh 6,73 persen, kemudian dana pihak ketiga yang tumbuh 10,92 persen, namun -3,02 persen dari sisi pembiayaan.
Tidak jauh berbeda dengan aset perbankan nasional yang tumbuh 7,12 persen, dana pihak ketiga tumbuh 10,99 persen serta -2,32 persen dari sisi pembiayaan.
Kendati demikian, Hery menyadari bahwa penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat rendah, dibandingkan negara lain.
Dia menyebutkan Malaysia angka penetrasi bank syariah yang lebih tinggai yakni 29 persen, sedangkan negara di kawasan timur tengah seperti Saudi Arabia yang menembus angka 63 persen.
“Kalau bandingkan dengan negara-negara lainnya di akhir 2020 yang lalu masih sekitar 6,51 persen masih di bawah 7 persen,” ungkapnya.
Kendati demikian, Hery optimistis Bank Syariah Indonesia bisa sesegera mungkin memasuki jajaran 10 besar bank syariah dunia.
Hal itu, kata dia, mengingat penduduk muslim Indonesia yang mencapai 209,1 juta orang. Apalagi, imbuh Hery, didukung sejumlah aspirasi yang telah disampaikan pemerintah untuk memperkuat peran industri keuangan syariah.
Pada Desember 2020, Bank Syariah Indonesia berada pada posisi tujuh secara nasional dengan jumlah aset Rp 240 triliun dan market share sebesar 2,6 persen.
“Melalui penggabungan bank syariah himbara diharapkan tercipta neraca dan keuangan yang baik dengan target Rp 272 triliun pembiayaan pada 2025 dan pendanaan Rp 336 triliun pada 2025,” sambung dia. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia