jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Politik dari Manilka Research, Herzaky M. Putra mengatakan peluang untuk terbentuknya Poros Ketiga masih terbuka lebar, mengingat belum finalnya penentuan cawapres dari kedua kubu yang saat ini sudah mengeluarkan calon presidennya, yaitu Jokowi dan Prabowo. Begitu penentuan cawapres difinalkan, bakal ada parpol anggota koalisi yang tidak puas dan memilih merapat ke tempat lain.
“Jika mendapatkan teman koalisi dengan suara yang cukup, potensi berpindah haluan membentuk poros baru, sangat mungkin terjadi,” kata Herzaky M. Putra dalam keterangan persnya diterima JPNN, Selasa (17/7).
BACA JUGA: Pilpres 2019: Samijo All Out Menangkan Jokowi
Herzaky menambahkan, jika pun poros ketiga tidak terbentuk, kedua kubu mesti hati-hati dalam menyikapi persaingan yang bakal terjadi. Penentuan cawapres mesti memperhitungkan bukan hanya faktor kapabilitas dan elektabilitas semata, melainkan juga faktor meminimalisir potensi gesekan antara elemen bangsa.
“Hindari memilih cawapres yang senang membuat gaduh dan berpotensi mempertajam polarisasi,” katanya.
BACA JUGA: Kondusivitas Pilkada Harus Berlanjut Hingga Pilpres 2019
Herzaky kembali menekankan bahwa munculnya Poros Ketiga di kontestasi Pilpres 2019 bakal memberikan iklim lebih positif untuk perkembangan demokrasi Indonesia. Dengan adanya Poros Ketiga, masyarakat Indonesia memiliki lebih banyak alternatif calon pemimpin bangsa ini.
Selain itu, sambung Herzaky, masyarakat yang jenuh dan trauma dengan polarisasi yang demikian tajam di Pilpres 2014, dan diperparah di putaran kedua Pilkada Jakarta 2017 bisa jadi mengarahkan pilihannya ke capres usungan Poros Ketiga.
BACA JUGA: Sepertinya Cak Imin Memang Istimewa bagi Jokowi
“Situasi perekonomian saat ini cukup berat bagi rakyat kebanyakan, dan mereka tidak siap untuk mendapatkan tambahan beban psikologis berupa polarisasi akibat pertarungan sengit dari kedua kubu di Pilpres 2019,” katanya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet: Saya Tak Sempat Mengintip Kantong Pak Jokowi
Redaktur & Reporter : Friederich